Wednesday, September 12, 2012

Hakikat CINTA



يُوْشِكُ أَنْ تَدَا عَىعَلَيْكُمُ اْلاُمَمُ كَمَا تَدَا عَىاْلأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا، قِيْلَ: اَوَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بَلْ اِنَّكُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرُوْنَ، وَلكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَقَدْ نَزَلَ بِكُمُ الْوَهْنُ، قِيْلَ: وَمَاالْوَهْنُ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَاوَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ.


Dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkok. Para sahabat bertanya: “apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali, tetapi seperti buih air bah dan kalian ditimpa penyakit wahn”. Mereka bertanya lagi: “Apakah penyakit wahn itu, ya Rasululla?”. Beliau menjawab: “Terlalu cinta dunia dan takut kepada mati” (HR. Abu Daud).


Cinta adalah perkara fitroh, setiap makhluk namanya manusia telah di-ilhamkan oleh Sang Khaliq dengan sebuah rasa yang namanya "Syahawaat" (kecenderungan-kecenderungan) yang disebut  "Fitroh Nafsiyyahyang karena kecenderungan ini begitu kuat maka jadilah ia CINTA.

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)" (QS Ali 'Imron:14)

Tidak dipungkiri jika fitroh nafsiyyah ini pulalah manusia mengalami perkembangan peradaban, budaya dan teknologi. Tanpa ada fitroh nafsiyyah ini, barangkali kita saat ini masih kemana-mana pergi menggunakan kuda/onta, masih menggunakan lampu teplok sebagai penerangan dsb. Maka, dengan fitroh nafsiyyah inilah, teknologi berkembang, budaya dan peradaban juga berkembang, kesejahteraan pun berkembang.

Namun, yang menjadi persoalan adalah jika fitroh nafsiyyah itu tidak dikendalikan sebagaimana kehendak Sang Kholiq maka, sisi buruk dari perkembangan teknologi dan peradaban itu juga tidak dapat dielakkan. Oleh karenanya. Allah SWT memberikan panduan berupa "Fitroh Ruhiyahnya",ALLAH SWT berfirman:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS Al-A'raf:172)

Oleh karena itu, sebagai seorang muslim dan hamba yang baik, sudah sepatutnya kita meletakkan firtoh itu pada proporsinya yakni dengan menggunakan fitroh nafsiyahnya dengan benar, pada tempat yang dihalalkan sesuai dengan petunjuk (A-qur'an dan Sunnah). Sebab, tanpa petunjuk, maka fitroh nafsiyah akan terjerumus dan tersesat, Allah SWT berfirman:

"..Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim" (QS:Al Qashash:8)

Nah, Allah SWT telah memberikan petunjuk bagaimanakah meletakkan Fitroh Nafsiyyah agar sesuai dengan Fitroh Ruhiyyah tersebut:

"Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik". (QS Attaubah:24)


Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali  bahawa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa a.s berada di hadapannya.
Maka dia pun berkata, “Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya.”
Berkata Nabi Isa a.s, “Wahai saudaraku, kamu tidak akan berdaya untuk seberat Jarrah itu.”
Berkata pemuda itu lagi, “Wahai Isa a.s, kalau aku tidak berdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah.” Oleh karena keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa a.s pun berdoa, “Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu.” Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ.
Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahwa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.
Setelah Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah S.W.T, “Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu.” Selesai Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-gunung dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit.
Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, “Aku ini Isa a.s.”Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, “Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya.”
Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu.
1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia.
2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia ingin mendapat sanjungan dari manusia.
3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.


Rasulullah S.A.W telah bersabda, “Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima lupa kepada yang lima

1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.
2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.
3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al-Khaliq.
4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.
5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur.” 

No comments:

Post a Comment