Thursday, August 23, 2012

Makna LEBARAN

Ada fenomena yang menarik yang terjadi di masyarakat kita dan ini diperingati secara rutin setiap tahun begitu Romadhon usai, dan bahkan menjadi hari besar nasional yang liburnya paling panjang (bahkan seminggu lebih) yakni fenomena LEBARAN.
Dalam terminologi Islam, istilah Lebaran ini sebenarnya adalah pemaknaan dari kata IDUL FITRI. 
Ditinjau dari asal katanya (secara etimologis) IDUL FITRI bisa dimaknai dengan dua arti:

  1. Dari kata Al-'iid (yang berarti Hari Raya) dan Fathoro ==> Yufthiru ==> Fithrotan yang artinya berbuka sehingga 'IDUL FITHRI berarti Hari Raya orang-orang yang berbuka (maksudnya sudah tidak lagi berpuasa Romadhon).
  2. Dari kata 'Aada ==> Ya'uudu ==> 'Iidatan yang  artinya kembali, sedangkan Fithri diambil dari kata Fitroh yang artinya bersih dan suci, sehingga idul fitri diartikan sebagai kembali kepada fitroh atau kembali suci seperti bayi yang baru lahir.
Nah, dari definisi inilah kemudian para ulama di Jawa kemudian memberikan istilah idul fitri sebagai Lebaran yang artinya juga ada 2:

1. Lebar yang berarti habis dosanya karena telah diampuni dosanya oleh ALLAH SWT
2. Lebar habis semua amalannya yang telah ditabung selama Romadhon, Na'udzubillah.

Lebaran ==> sehari kemudian disambung Hari raya ketupat, idenya adalah menyambung puasa syawwal dan membuat kue "Apem" yang diambil dari istila arab "afwan" (yang artinya maaf). Harapannya setelah puasa syawwal selama 6 hari yang fadhilahnya sama dengan puasa satu tahun penuh, kemenangan tersebut dirayakan dengan saling memaafkan.
Nah, dalam kaitannya dengan romadhon, Lebaran dapat dianalogikan sebagai saat-saat mengambil tabungan deposito selama 29 atau 30 hari dibulan romadhon dimana kita menabung kebaikan-kebaikan (tilawah, sholat tarawih, tahajud, rowatib, dll) ditambah bonus bunga deposito yang berlipat-lipat setara bahkan lebih baik lebih dari 1000 bulan yakni di malam lailatul qadr, kemudian dihari lebaran kita mengambil tabungan tersebut berupa AMPUNAN sebagai anugrah dari ALLAH SWT. 
Persoalan kemudian adalah, dengan adanya Lebaran ini, diharapkan kita dapat memaknai hari Raya Fitri ini dengan baik dan positif sehingga dibulan syawwal menjadi bulan peningkatan (siap menapaki hidup baru lebih optimis, bukannya mengatakan MERDEKA romadhon telah usai, berarti boleh kembali kepada kemalasan, kemaksiatan, meninggalkan tilawah, meninggalkan sholat jamaah, NAUDZUBILLAH...).
Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang disindir dalam Alqur'an surat An-Nahl 92:
"Janganlah kamu seperti wanita yang mencerai beraikan kembali pintalan yang telah dipintal dengan kuat..."
Semoga kita tetap menjaga benang-benang yang telah kita pintal dengan baik berupa tilawah, sholat jamaah, sholat tahajud, menjaga lisan dsb dan tidak menceraiberaikannya kembali.
Semoga bermanfaat....

Wednesday, August 22, 2012

AURA KASIH DI DOULIU



Pagi yang begitu cerah, warna memerah semburat ke seluruh penjuru angkasa, seakan matahari tak sabar untuk segera menyapa sejuknya embun pagi. Suasana yang benar-benar berbeda dari hari-hari biasanya. Yah, memang hari itu adalah Idul Fitri. Hari yang dinanti-nantikan oleh umat muslim  diseluruh dunia. 1 Syawal 1433 H bertepatan dengan hari Ahad/Minggu tanggal 19 Agustus 2012.
Meskipun suasananya berbeda dengan kampung halaman ibu pertiwi Indonesia, namun aura kebahagiaan begitu terasa, aura kemenangan, aura kasih yang begitu menggetarkan sanubari, aura yang mampu menundukkan segala kebencian, dendam dan keangkuhan hati. Gema takbir, tahlil dan tahmid benar-benar merasuk dan menghujam keseluruh tubuh serta mampu melelehkan kebekuan persahabatan, merontokkan belenggu ukhuwah, mencerai beraikan prasangka, lalu memintalnya kembali menjadi lembaran persaudaraan dan helaian kasih sayang. Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallah, Walillahil hamd.
Jam menunjukkan pukul 06.30 waktu  Douliu-Taiwan, jamaah Al-bashor Arridho yang di komandoi ibu Aniayah telah selesai mempersiapkan perlengkapan sholat yang digelar di pelataran parkir mobil didepan toko Indo SWENIANG milik ibu….. Tidak kurang dari 150 orang berduyun duyun berdatangan menuju lokasi sholat ID. Lantunan takbir, tahlil dan tahmid yang dipandu oleh ustadz Nuruddin dan bapak Edy Sasmita begitu merdu menambah syahdu dan kekhusukan hati yang hendak menghadap Ilahi Robbi.
Tepat pukul 07.30 Sholat ID dimulai, ustadz Nuruddin yang mendapat amanah sebagai imam segera mengambil posisi dan mengatur barisan (shof) sholat. Beliau juga menegaskan jika shof renggang dan terputus, maka akan diisi oleh syetan yang berupaya untuk memutuskan tali persaudaraan. Setelah sholat selesai, dilanjutkan dengan khutbah Idul Fitri. Kali ini yang mendapat amanah menjadi khotib adalah ustadz Sigit Tri Wicaksono, rois/ketua suriyah PCI NU Taiwan yang juga seorang mahasiswa program doktor di sebuah universitas negeri di Taiwan. Dalam khutbah tersebut, ustadz Sigit menyampaikan bahwa salah satu tolak ukur keberhasilan ibadah selama bulan Romadhon adalah “maghfiroh” Allah SWT, sehingga seseorang akan mendapatkan gelar “muttaqin” dan ketika masuk Idul Fitri ia seperti seorang bayi yang baru lahir yang tidak memiliki dosa. Maka dengan bekal ketakwaan itulah  orang akan dapat meraih kesuksesan hidup dunia dan akhirat dengan mudah sesuai dengan yang dijanjikan oleh ALLAH SWT. Beliau juga menekankan pentingnya menjaga keistiqomahan amal seusai bulan Romadhon, sebab jangan sampai setelah bulan Romadhon pergi, amal-amal sholeh yang telah dilakukan juga ikut pergi. Hal ini di sindir dalam Alqur’an, bahwa orang yang meninggalkan kebiasaan melakukan amal-amal sholih seperti seorang perempuan pemintal yang mencerai-beraikan kembali sehelai kain yang telah dipintal dengan kuat menjadi buraian benang-benang yang berserakan.
Setelah rangkaian sholat ID dan khutbah selesai, acara dilanjutkan dengan pembacaan sya’ir yang dibawakan oleh ibu Aniayah. Beliau membacakan syair dengan begitu syahdu, bertemakan tentang pentingnya saling memaafkan dan mengingat kebaikan orang tua. Beliau juga mengingatkan agar meski berjauhan dengan keluarga, kerinduan, rasa kasih sayang harus tetap dijaga dengan tetap saling mendo’akan dan tetap dijalan yang benar. Begitu menyejukkan dan menyentuh hati syair itu sehingga tanpa terasa, air matapun meleleh membasahi pipi. Ibu…..Ayah….itulah kata yang senantiasa mengingatkan pada sosok yang begitu mulia yang telah mendidik dan membesarkan kita. Begitu pembacaan syair usai, ustadz Nuruddin menyambungnya dengan do’a bersama. Dan acara diakhiri dengan saling berjabat tangan dan saling memaafkan. Para jamaah putra bergiliran berjabat tangan membentuk lingkaran, demikian pula jamaah putri yang juga membuat lingkaran tersendiri. Pukul 08.30 semua rangkaian acara telah selesai dilaksanakan, dan sebagai kenang-kenangan semua jamaah berkumpul dan mengadakan foto bersama. Alhamdulillah……
Hmmm…begitulah seharusnya ummat Islam, rukun….saling berkasih sayang, baik kepada sesama muslim maupun dengan orang lain, tentram dan menentramkan, selamat dan menyelamatkan, tidak seperti yang dihembuskan oleh kaum yahudi, orientalis dan zionis bahwa seolah-olah islam itu keras, teroris, na’udzubillah. Islam harus memiliki dan menampilkan karakter spesial sebagaimana generasi salafus sholih terdahulu, yakni menjadi RAHMATAN LIL ALAMIIN. ~Abu Dzilal~
Ucapan terimakasih kepada:
1.       Ibu…..
2.       Jamaah Albashor
3.       Teman-teman muslimin dan muslimah yang ada disekitar Douliu.

Monday, August 13, 2012

DO’A UPACARA PERINGATAN DETIK-DETIK PROKLAMASI TANGGAL 17 AGUSTUS 2012




Ya Allah, Yang Maha Penyayang
Berkat rahmat dan kasih sayang-Mu, Republik Indonesia telah meraih kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 dan tepat pada hari ini kami seluruh Bangsa Indonesia merayakan peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 67.
Peringatan Hari Proklamasi kemerdekaan itu, kami selenggarakan sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat-Mu yang agung itu. Dengan syukur, kiranya Engkau tambahkan nimatMu dan keberkahannya kepada bangsa dan negara kami.
Ya Allah ya Ghafuru ya Syakur,
Sebagai bukti rasa syukur kami, nikmat kemerdekaan itu telah kami gunakan untuk melakukan berbagai upaya pembangunan di berbagai bidang, guna menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Sungguh kami amat membutuhkan pertolonganMu Ya Allah agar kesejahteraan yang kami dambakan itu dapat tercipta secara merata. Untuk itu, bimbinglah kami, dan naungilah kami dengan ampunan dan rahmatMu.
Ya Allah Yang Maha Agung,
Kami mohon kepadaMu ya Allah, kiranya peringatan proklamasi kemerdekaan ini dapat mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara kami, agar kami dapat terus melanjutkan pembangunan untuk memperkuat ketahanan nasional, agar kami sanggup menghadapi tantangan global yang semakin berat.
Ya Allah, berikan kepada kami kekuatan iman untuk menegakkan kebenaran. Anugerahkan kepada kami keteguhan hati untuk menjunjung tinggi keadilan, tanamkan dalam diri kami kearifan dalam berfikir, kecermatan dalam bertindak, serta kejujuran dalam menjalankan tugas dan kewajiban, agar kami dapat mengisi kemerdekaan ini sesuai dengan petunjukMu dan mewujudkan cita-cita yang mulia para pendahulu kami.
Ya Allah Yang Maha Penyelamat,
Selamatkanlah bangsa dan negara kami dari segala macam bencana, hindarkanlah dari segala macam cobaan dan ujian yang kami tidak kuat memikulnya, serta jauhkanlah dari segala bentuk pepecahan dan pemusuhan, yang hanya akan membawa malapetaka, kehancuran dan penderitaan.
Ya Allah, satukanlah hati kami dan hati bangsa kami, bersatu padu membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kami cintai, menjadi negara yang aman.
Ya Allah, ampunilah dosa kami, dosa seluruh pahlawan dan pendahulu kami serta dosa para orangtua kami yang telah memperjuangkan, memepertahankan dan mengisi kemerdekaan ini dengan tulus. Tempatkanlah mereka bersama orang-orang yang menegakkan kejujuran, para syuhada’ dan orang-orang sholeh yang Engkau cintai.
Ya Allah, hanya kepadaMu kami memohon dan hanya kepadaMu kami kembali dan berserah diri.


Tata cara Shalat Hari Raya ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha


Hukum Shalat ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha

Mengerjakan shalat ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha (‘idain) berhukum sunah muakkad.

Dalil Shalat ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha
Dalil mengerjakan shalat dua hari raya adalah firman Allah swt.:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَر. (الكوثر:3)
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkorbanlah.” (QS. Al Kautsar: 3)
Dan hadits Nabi Muhammad saw.:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يُصَلُّونَ الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ (متفق عليه)
“Rasulullah saw., Abu Bakar, Umar melakukan shalat dua hari raya sebelum khutbah dilaksanakan.” (Muttafaq ‘Alaih)
Shalat hari raya adalah shalat yang berjumlah du’a raka’at, dan sunah dengan berjama’ah, serta dikerjakan sebelum khutbah. Akan tetapi, bagi orang yang mengerjakan ibadah haji disunahkan mengerjakannya tanpa berjama’ah. Bagi orang yang mengerjakannya tanpa berjama’ah tidak disunahkan melakukan khutbah setelahnya. Adapun tempat melaksanakan shalat ‘idain adalah masjid.

Waktu Pelaksanaan Shalat ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha
Pelaksanaan shalat hari raya dimulai saat matahari terbit sampai dengan tergelincir, dan yang paling utama adalah mengerjakannya ketika matahari sudah naik kira-kira satu tombak dalam pandangan mata.

Kesunahan di Hari Raya
Kesunahan yang dapat dilakukan pada saat hari raya adalah:
1.         Melantunkan takbir
Kesunahan ini dimulai sejak terbenamnya matahari hari raya ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha, dan berakhir ketika imam memulai shalat ‘id. Hanya saja, pada hari raya ‘Idul Adha tetap disunahkan melantunkannya setiap selesai mengerjakan shalat fardlu, shalat rawatib, shalat sunah mutlak, dan shalat janazah. Kesunahan ini berlangsung sampai waktu Ashar tanggal tiga belas Dzulhijjah.
Catatan:
a.         Takbir yang disunahkan pada setiap selesai shalat disebut takbir muqayyad.
b.         Takbir yang disunahkan tidak pada setiap shalat disebut takbir mursal.
Adapun bacaan takbir yang dimaksud adalah:
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ، وَاللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كبيراً وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهْ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَِللهِ الْحَمْدُ.
2.         Mandi dengan niat untuk melaksanakan shalat hari raya:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِعِيْدِ الْفِطْرِ / اْلأَضْحٰى سُنَّةً ِللهِ تَعَالٰى.
3.         Berangkat pagi-pagi, kecuali bagi imam disunahkan berangkat ketika shalat hendak dilaksanakan.
4.         Berhias diri dengan memakai parfum, pakaian yang bagus, memotong kuku, serta menghilangkan bau yang tidak sedap.
5.         Menempuh jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.
6.         Makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat ‘Idul Fitri, sedangkan pada ‘Idul Adha, sunah melakukan shalat terlebih dahulu.
7.         Tahniah (ungkapan suka cita) atas datangnya hari raya disertai dengan berjabat tangan. Seperti lafadh:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْك
8.         Menjawab ucapan suka cita (tahni’ah) dengan bacaan:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنْكُمْ، أَحْيَاكُمُ اللهُ ِلأَمْثَالِهِ، كُلَّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ.

Teknis Pelaksanaan Shalat dan Khutbah Hari Raya ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha
1.         Ketika imam sampai di masjid, muraqi segera berdiri untuk memberi aba-aba dimulainya shalat, yakni dengan lafadh:
صَلُّوْا سُنَّةً لِعِيْدِ اْلفِطْرِ / اْلأَضْحٰى رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ.
2.         Imam segera menuju mihrab (tempat imam), lalu niat shalat disertai takbiratul ihram. Niatnya adalah:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ / اْلأَضْحٰى رَكْعَتَيْنِِ ِللهِ تَعَالٰى.
3.         Setelah takbiratul ihram, dilanjutkan membaca do’a iftitah, kemudian melakukan takbir sebanyak tujuh kali pada raka’at pertama, dan lima kali pada raka’at kedua. Lalu, membaca tasbih di sela-sela takbir:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
4.         Setelah selesai melakukan takbir ketujuh, dilanjutkan membaca ta’awwudz, surat Al Fatihah dan surat-surat yang disunahkan; seperti surat Qaf atau Al A’la pada raka’at pertama, dan surat Al Qamar atau surat Al Ghasyiyah pada raka’at kedua.
5.         Selesai melaksanakan shalat, muraqi segera berdiri untuk memberi aba-aba dimulainya khutbah, disusul dengan membaca shalawat sambil menyerahkan tongkat. Redaksinya semisal:
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، إِعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذاَ، يَوْمُ عِيْدِ الْفِطْرِ / اْلأَضْحٰى، وَيَوْمُ السُّرُوْرِ، وَيَوْمُ الْمَغْفُوْر، يَوْمُ أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، إِذَا صَعِدَ الْخَطِيْبُ عَلَى الْمِنْبَرِ، أَنْصِتُوْا أَثَابَكُمُ اللهُ، وَاسْمَعُوْا أَجَارَكُمُ اللهُ، وَأَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ. اللّـٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اللّـٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ، اللّـٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
6.         Setelah itu, khotib menuju mimbar khutbah.
7.         Kemudian muraqi membaca do’a:
اَللّـٰهُمَّ قَوِّ اْلإِسْـلاَمَ، مِنَ الْمُسْـلِمِيْنَ وَالْمُسْـلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنِ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَيَسِّرْهُمْ عَلىٰ إِقَامَةِ الدِّيْنِ، وَاخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ، وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
8.         Selesai do’a, khotib mengucapkan salam kemudian duduk.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
9.         Lalu, muraqi membaca takbir sebanyak tiga kali:
اَللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أََكْبَرْ، لآَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ وَ ِللهِ الْحَمْد 3 ×
10.       Kemudian, khotib melaksanakan khutbah pertama. Selesai khutbah, khotib duduk sejenak, disusul muraqi membaca shalawat:
اَللّـٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
11.       Selesai duduk, khotib melanjutkan dengan khutbah kedua sampai selesai

Monday, August 6, 2012

BAHAYA DENGKI


Dengki (hasad) didefiniskan oleh para ulama sebagai:
“Menginginkan hilangnya kenikmatan dari pemiliknya, baik kenikmatan (yang berhubungan dengan) agama maupun dunia.”
‘Umar bin al-Khaththab RA berkata, “Cukup sebagai bukti si pendengki terhadapmu manakala ia merasa gundah di saat kamu bahagia.”
Allah Ta’ala berfirman di dalam sebagian Atsar Qudsi, “Si pendengki adalah musuh nikmat-Ku, merasa jengkel terhadap perbuatan-Ku dan tidak rela dengan pemberian-Ku.”

Jamaah yang dirahmati Allah, Apakah perasaan itu masih muncul dihati kita, mari beristigfar dan segara bertaubat.. agar jangan sampai kita menjadi orang yang merugi sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Sahabat Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Jauhilah olehmu perbuatan dengki. Sebab dengki bisa menghapus segala amal kebaikan sebagaimana api menyala yang menghabiskan kayu bakar." (HR. Abu Dawud).

Abi Hurairahra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Jauhilah olehmu berprasangka. Sebab berprasangka adalah sejelek-jelek pembicaraan. Janganlah kamu saling mencari kejelekan orang lain, janganlah saling bermegah-megahan, dan janganlah saling dengki mendengki. Janganlah saling mengumbar emosi, dan janganlah saling menjauhi. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersatu dan bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara, yang di antara mereka dilarang saling menganiaya, saling menghina, dan saling meremehkan. Taqwa adalah di sini (sambil Rasulullah memberi isyarah ke arah dada). Cukuplah seorang muslim dikatakan melakukan kejelekan apabila dia menghina sesama muslim. Seorang muslim dengan muslim lainnya haram (harus saling menjaga) darah, kehormatan, dan harta kekayaannya. Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk tubuh dan rupa serta perbuatan kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati kalian" (HR. Bukhari dan Muslim).
Ahli fiqih, Abu al-Laits as-Samarqandi rahimahullah berkata, “Lima perkara akan sampai kepada si pendengki sebelum kedengkiannya sampai kepada orang yang didengkinya; pertama, kegundahan yang tiada henti. Kedua, mendapat musibah yang tak berbuah pahala. Ketiga, celaan yang tak berujung pujian. Keempat, kemurkaan Rabb. Kelima, tertutupnya pintu taufiq baginya.
Dengki adalah salah satu sumber/penyebab perselisihan, pertengkaran, perpecahan hingga kerusakan ukhuwah. Dengki inilah yang menyebabkan qobil membunuh habil sebagaimana dikisahkan dalam Alqur’an Surat Almaidah 27-31, dengki ini pulalah yang menyebabkan Abdullah bin Ubay begitu angkuh dan tetap dalam kemunafikannya dan masih banyak lagi kehancuran tali persaudaraan dan ukhuwah yang disebabkan oleh dengki, oleh karena itu kita hendaklah:
1. Menjauhkan hati kita dari sifat iri dan dengki
2. Senantiasa meminta perlindungan kepada ALLAH SWT dari bahaya dengki yang ditimbulkan oleh orang lain, misalnya membiasakan membaca surat mu'awidzatain (Al-Falaq dan Annas).
Kisah 1.
Ada seorang Arab Badui menemui khalifah al-Mu’tashim, lalu ia diangkat olehnya menjadi orang dekat dan orang kepercayaannya.
Sang khalifah memiliki seorang menteri yang memiliki sifat dengki. Melihat kepercayaan yang sedemikian besar diberikan sang khalifah kepada orang Arab Badui itu, ia cemburu dan dengki terhadapnya. Di dalam hatinya ia berkata, “Kalau aku tidak membunuh si badui ini, kelak ia bisa mengambil hati sang Amirul Mukminin dan menyingkirkanku.”
Kemudian ia merancang sebuah tipu muslihat dengan cara bermanis-manis terlebih dahulu terhadap si orang Badui. Ia berhasil membujuk si orang Badui itu dan mengajaknya mampir ke rumahnya. Di sana, ia memasakkan makanan untuknya dengan memasukkan bawang merah sebanyak-banyaknya. Ketika si orang Badui selesai makan, ia berkata, “Hati-hati, jangan mendekat ke Amirul Mukminin sebab bila mencium bau bawang merah itu darimu, pasti ia sangat terusik. Ia sangat membenci aromanya.”
Setelah si pendengki ini menghadap Amirul Mukminin lalu berduaan saja dengannya. Ia berkata kepada Amirul Mukminin, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya si orang Badui itu memperbincangkanmu kepada orang-orang bahwa tuan berbau mulut dan ia merasa hampir mati karena aroma mulut tuan.”
Tatkala Badui menemui Amirul Mukminin pada suatu hari, ia menutupi mulutnya dengan lengan bajunya karena khawatir aroma bawang merah yang ia makan tercium oleh beliau. Namun tatkala sang Amirul Mukminin melihatnya menutupi mulutnya dengan lengan bajunya, berkatalah ia di dalam hati, “Sungguh, apa yang dikatakan sang menteri mengenai si orang Badui ini memang benar.”
Maka, Amirul Mukminin menulis sebuah surat berisi pesan, Kemudian, Amirul Mukminin memanggil si orang Badui untuk menghadap dan menyerahkan kepadanya sebuah surat seraya berkata, “Bawalah surat ini kepada si fulan (salah seorang pegawai khalifah) , setelah itu berikan aku jawabannya.”
Si Badui mengambil surat itu dan berlalu dari sisi Amirul Mukminin. Ketika berada di pintu gerbang, sang menteri yang selalu mendengki itu menemuinya seraya berkata, “Hendak kemana engkau.?”
“Aku akan membawa pesan Amirul Mukminin ini kepada pegawainya, si fulan,” jawab si orang Badui.
Di dalam hati, si menteri ini berkata, “Pasti dari tugas yang diemban si orang Badui ini, ia akan memperoleh harta yang banyak.” Maka, berkatalan ia kepadanya, “Wahai Badui, bagaimana pendapatmu bila ada orang yang mau meringankanmu dari tugas yang tentu akan melelahkanmu sepanjang perjalanan nanti bahkan ia malah memberimu upah 2000 dinar.?”
“Kamu seorang pembesar dan juga sang pemutus perkara. Apa pun pendapatmu, lakukanlah!” kata si orang Badui
“Berikan surat itu kepadaku!” kata sang menteri
Si orang Badui pun menyerahkannya kepadanya, lalu sang menteri memberinya upah sebesar 2000 dinar. Surat itu ia bawa ke tempat yang dituju.
Sesampainya di sana, pegawai yang ditunjuk Amirul Mukminin pun membacanya, lalu setelah memahami isinya, yang ternyata isi pesan surat berbunyi: “Bila pesan ini sampai kepadamu, maka penggallah leher si pembawanya.!” maka ia memenggal leher sang menteri.
Setelah beberapa hari berlalu , khalifah tidak menemukan menterinya bahkan si Badui masih ada di kota, beliau memerintahkan agar si orang Badui itu dibawa menghadap lalu menceritan segala ikhwalnya dengan sangmenteri kemudian Ia berkata, “Wahai Amirul Mukminin, Allah telah membunuh dengki, alangkah adilnya Dia! Ia (dengki) memulainya dengan si pemilik (tuan)-nya lalu membunuhnya.”
Setelah peristiwa itu, si orang Badui dibebastugaskan dari tugas terdahulu dan diangkat menjadi menteri mengganti kedudukan sang menteri yang menemui ajal karena kedengkiannya.!!


KISAH 2

Sahabat Anas bin Malik ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Janganlah kamu saling mendengki, jangan­lah saling membenci dan janganlah saling jauh menjauhi. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Muslim) è kisah sahabat penghuni sorga yang diikuti oleh Amr Bin Ash ra. (dari anas bin malik)

KISAH 3
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Yahudi Khaibar dahulu memerangi kaum Ghathafan (bangsa Arab). Tiap kali bertempur bangsa Yahudi kalah. Kemudian kaum Yahudi minta pertolongan dengan doa ini: "Ya Allah, sesungguhnya kami minta kepada-Mu dengan hak Muhammad, Nabi yang ummi, yang Engkau telah janjikan kepada kami, akan Engkau utus Dia di akhir zaman. Tidakkah Engkau akan menolong kami untuk mengalahkan mereka?" Apabila bertempur, mereka tetap berdoa dengan doa ini, sehingga kalahlah kaum Ghathafan. Tetapi ketika Rasulullah diutus, mereka kufur terhadap Nabi SAW (karena dengki kepada Nabi Muhammad SAW). Maka Allah turunkan ayat ini (S. 2: 89) sebagai laknat kepada orang-orang yang memohon pertolongan Allah, yang setelah dikabulkan mengingkarinya.
(Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak dan al-Baihaqi dalam kitab ad-Dala'il dengan sanad yang lemah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Yahudi minta pertolongan untuk mengalahkan kaum Aus dan kaum Khazraj dengan memakai nama Rasulullah SAW sebelum beliau diutus menjadi Rasul. Akan tetapi setelah Allah mengutus Rasul dari bangsa Arab, mereka kufur kepadanya. Dan mereka ingkari apa yang mereka katakan tentang Nabi SAW. Maka berkatalah Muadz bin Jabal, Bisyrubnul Barra dan Dawud bin Salamah kepada mereka: "Wahai kaum Yahudi! Takutlah kamu kepada Allah dan masuk Islamlah kamu, karena kamu telah minta pertolongan kepada Allah memakai nama Muhammad untuk mengalahkan kami, di saat kami termasuk kaum Musyrikin. Kamu memberi kabar kepada kami bahwa sesungguhnya ia (Muhammad) akan diutus dan kamu mengemukakan sifat-sifat Muhammad dengan sifat-sifat yang ada padanya itu." Maka berkatalah Salam bin Masykam salah seorang dari bani Nadlir: "Dia tidak memenuhi sifat-sifat yang kami kenal, dan dia bukan yang kami terangkan kepadamu." Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 89) berkenaan dengan peristiwa di atas.(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa'id atau 'Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Hal ini diabadikan oleh ALLAH SWT dalam Alqur’an surat Albaqarah 89-90)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Hay bin Akhtab dan Abu Jasir bin Akhtab termasuk kaum Yahudi yang paling hasud terhadap orang Arab, dengan alasan Allah telah mengistimewakan orang Arab dengan mengutus Rasul dari kalangan mereka. Kedua orang bersaudara itu bersungguh-sungguh mencegah orang lain masuk Islam. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 109) sehubungan dengan perbuatan kedua orang itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa'id atau 'Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)