Friday, June 24, 2011

Pelajaran dari Dosa Mata Tsa'labah...

Ia tengah menjalankan tugas dari Rasulullah SAW untuk suatu keperluan. Di tengah jalan, “bencana” datang menyapanya. Sewaktu melayangkan pandang ke salah satu rumah yang tidak tertutup pintunya, terlihatlah olehnya wanita yang sedang mandi. Mungkin hanya dalam hitungan detik, bukan menit. 

Wajahnya mendadak pucat, tubuhnya gemetar ketakutan. Ia segera berlari melewati rumah demi rumah, kampung demi kampung, hingga keluar Madinah. Ia tiba di sebuah padang pasir yang sepi. Di sana ia menangis sejadi-jadinya. Menyesali apa yang telah dilihatnya. Dengan derai air mata dan suara yang tersisa ia memohon ampunan Rabbnya. 
Rasulullah kehilangan sahabat ini untuk satu hari. Beliau bertanya-tanya, tetapi sahabat yang lain tidak juga mengetahui keberadaannya. Hingga berlalulah empat puluh hari. Akhirnya malaikat datang mewahyukan di mana ia berada. Umar dan Salman ditugasi Sang Nabi untuk menjemputnya. 

Dengan susah payah Umar berhasil menemukannya. Ia memeluk sahabat itu penuh rindu. “Wahai Umar, tahukah Rasulullah SAW tentang dosaku”, tanyanya penuh kekhawatiran. “Aku tidak tahu permasalahan itu. Yang jelas, Rasulullah menugaskan kami untuk mencarimu.” 
“Wahai Umar, satu permohonanku padamu. Jangan kau bawa aku menghadap Rasulullah, kecuali ketika beliau sedang shalat.” 

Sesampainya di Madinah dan mendapati Rasulullah membaca Al-Qur’an dalam shalatnya, sahabat ini pingsan. Ia jatuh sakit hingga berhari-hari. Ketika Rasulullah tahu kondisinya dan menjenguk ke sana, ia masih saja khawatir akan dosanya. “Apa yang kau rasakan?” Rasulullah bertanya kepada sahabat yang kini telah berada dalam pangkuannya ini. “Seolah semut merayap di antara tulangku, dagingku dan kulitku”. 
“Apa yang kau inginkan?” tanya beliau lagi. “Ampunan Rabbku”, jawabnya penuh harap. Tak lama kemudian Jibril menyampaikan wahyu, “Wahai Muhammad, Rabbmu mengirimkan salam untukmu. Dia berfirman padamu, ‘Seandainya hambaKu ini datang padaKu dengan kesalahan yang memenuhi bumi, tentulah Aku akan menemuinya dengan ampunan sebanyak itu pula.” 
Ketika Rasulullah SAW memberitahu wahyu ini kepadanya, sahabat ini meninggal seketika. Namanya Tsa’labah. 

Tsa’labah. Ia mengajarkan kepada kita untuk bertaubat, bahkan dari kemaksiatan yang –oleh orang di zaman sekarang- tidak dianggap. Ia mengajarkan kepada kita untuk bertaubat, meskipun dari kesalahan yang sebenarnya tidak disengaja. 

Wednesday, June 22, 2011

Iblis Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah SAW (dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas)

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”
Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”
Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”
Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”
Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.
Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”
Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.
Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”
Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”
Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”
“Siapa yang memaksamu?”
Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:
“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”
“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”
Orang Yang Dibenci Iblis
Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”
Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”
“Siapa selanjutnya?”
“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”
“lalu siapa lagi?”
“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”
“Lalu siapa lagi?”
“Orang yang selalu bersuci.”
“Siapa lagi?”
“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”
“Apa tanda kesabarannya?”
“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”
” Selanjutnya apa?”
“Orang kaya yang bersyukur.”
“Apa tanda kesyukurannya?”
“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”
“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”
“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”
“Umar bin Khattab?”
“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”
“Usman bin Affan?”
“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”
“Ali bin Abi Thalib?”
“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)
Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis
“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”
“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”
“Kenapa?”
“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”
“Jika seorang umatku berpuasa?”
“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”
“Jika ia berhaji?”
“Aku seperti orang gila.”
“Jika ia membaca al-Quran?”
“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”
“Jika ia bersedekah?”
“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”
“Mengapa bisa begitu?”
“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”
“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”
“Suara kuda perang di jalan Allah.”
“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”
“Taubat orang yang bertaubat.”
“Apa yang dapat membakar hatimu?”
“Istighfar di waktu siang dan malam.”
“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”
“Sedekah yang diam – diam.”
“Apa yang dapat menusuk matamu?”
“Shalat fajar.”
“Apa yang dapat memukul kepalamu?”
“Shalat berjamaah.”
“Apa yang paling mengganggumu?”
“Majelis para ulama.”
“Bagaimana cara makanmu?”
“Dengan tangan kiri dan jariku.”
“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”
“Di bawah kuku manusia.”
Manusia Yang Menjadi Teman Iblis
Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”
“Pemakan riba.”
“Siapa sahabatmu?”
“Pezina.”
“Siapa teman tidurmu?”
“Pemabuk.”
“Siapa tamumu?”
“Pencuri.”
“Siapa utusanmu?”
“Tukang sihir.”
“Apa yang membuatmu gembira?”
“Bersumpah dengan cerai.”
“Siapa kekasihmu?”
“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”
“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”
“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”
Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas
Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”
Iblis segera menimpali:
“Tidak,tidak.. tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir.
Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”
“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”
“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”
Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak-Anaknya
“Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.
Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak – anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanta – wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.
Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.
Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.
Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.
Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”
Syaithan juga berkata, “keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.
“Mereka, anak – anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.
Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.
Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”
Cara Iblis Menggoda
“Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?
Akulah mahluk pertama yang berdusta.
Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.
Tahukah kau Muhammad?
Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar – benar menasihatinya.
Sumpah dusta adalah kegemaranku.
Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.
Kesaksian palsu kegembiraanku.
Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata – kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi semua anak – anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.
Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.
Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat iatu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ‘shalatmu tidak sah’
Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.
Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.
jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.
Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.
Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalamdirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.
Dan iapun semakin taat padaku.
Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. aku katakan padaknya, ‘kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’
Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.
Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.
Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”
10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT
“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”
“10 macam”
“Apa saja?”
“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan.” Allah berfirman,
“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.”
(QS Al-Isra :64)
“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.
Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.
Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.
Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.
Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.
Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.
Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.
Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang Membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.”
Allah berfirman,
“Orang -orang boros adalah saudara – saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).
“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.
Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.
Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.
Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”
Iblis berkata : “Wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda.
Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!
Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.
Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.
Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”
Rasulullah SAW lalu membaca ayat :
“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 - 119)
juga membaca,
“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)
Iblis lalu berkata:
“Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.”
Sampaikanlah risalah ini kepada saudara-saudara kita, agar mereka mengerti dengan benar, apakah tugas-tugas dari Iblis atau Syaithan tsb. Sehingga kita semua dapat mengetahui dan dapat mencegahnya dan tidak menuruti bisikan dan godaan Iblis atau Syaithan.

Thursday, June 9, 2011

FASTEN YOUR SEAT BELT, WE ARE READY FOR LANDING....

Taujih ustadz HM Anis Matta, Lc
 Kamis, 2 Juni 2011



TAK SEMUA MASALAH POLITIK HARUS DISELESAIKAN DENGAN CARA POLITIK

Ikhwan akhwat sekalian.
Beberapa waktu yang lalu, saya pernah ke Malaysia. Tiba-tiba ada goncangan pesawat kemudian ada pengumuman dari pilot "Para penumpang sekalian kita akan mengalami goncangan selama 15 menit setelah itu cuaca akan kembali baik." Setelah 15 menit goncangan benar berhenti, pesawat terbang normal dan kita landing di Kuala Lumpur dengan selamat.
Saya mengingat itu terus menerus karena kita sedang menghadapi operasi politik secara bersamaan. Dan saya yakin operasi politik itu hanya akan berlangsung 15 menit setelah itu goncangan kembali ke tempat lain, bukan karena kita yang mengarahkan anginnya ke sana (grr..). Goncangan sudah merupakan kemestian yang akan kita hadapi.

Jadi ikhwah sekalian. Dari perjalanan itu saya mencoba-coba rekonstruksi kembali bahwa memang perjalanan kita ini ketika kita memasuki mihwar muasasi bergumul di ruang politik yang luar biasa dahsyatnya.
Ikhwah sekalian saya pernah tanya seorang pilot apa bedanya menerbangkan pesawat siang hari dan malam hari. Pilot menjawab sama saja karena ketika kita sudah di ketinggian yang ada hamparan kosong. Kanan kiri depan semuanya hanya ada awan.
Jadi gelap dan terang tidak penting bagi kita, jawab pilot. Jadi bagaimana cara anda mengetahui arah kalau tak ada bedanya siang atau malam. Kita pake GPS. GPS yang menuntun perjalanan kita ini. Jadi, hal pertama yang diperlukan seorang pilot adalah GPS. Jadi kalo GPSnya ada masalah pasti dia punya masalah, karena ketika kita sudah ngga di bawah kita ngga tau posisi, kalau bukan karena ada GPS

Saya hadir di Seminar Mukjizat Al Quran tahun 1986. Saya salah satu penerjemah. Salah satu temanya adalah tentang cuaca. Ayat-ayat AlQuran tentang awan menunjukkan bahwa seluruh yang ada di alam semesta tak bisa kita pastikan apalagi dikendalikan tapi bisa kita ramal. Badai kemana bisa kita ramal.
Jadi karena itu seorang pilot harus terus berkomunikasi dengan orang yang ada di tower untuk mendapatkan update info terbaru tentang keadaan cuaca yang keadaan ini adalah fata yang tak bisa dikendalikan tapi bisa disiasati.
Jadi kalau ada perubahan cuaca mendadak, tower bisa bilang rute dirubah, tapi destinasi tak berubah. Jadi seorang pilot menerbangkan pesawat butuh 2 hal ini. Pertama GPS, kedua ramalan cuaca

Seorang pilot tak bisa mengendalikan cuaca di luar. Itu di luar kendali sama sekali. Makanya kemungkinan dia mengalami kecelakaan selalu ada. Kita juga tak bisa mengendalikan lingkungan yang ada di luar kita ini. Yang ada dalam analisa-analisa manajemen strategis disebut lingkungan strategis yaitu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi situasi dimana kita berada.
Kita tak bisa memastikannya walau kita bisa membaca dan membuat prediksi-prediksi ang disebut prakiraan keadaan. Tapi semua prediksi ini adalah prediksi yang tidak pasti, tapi diperlukan karena itu memberi kita info real time terhadap situasi yang berkembang.
Oleh karena itu, kalau ada keadaan cuaca yang buruk, pilot bilang: tolong kencangkan ikat pinggang. Selain itu apalagi yang bisa kita lakukan? (Audiens: berdoa …).
Ketika Merapi meletus , ke Jogja yang normalnya 50 menit jadi 2 jam. Di pesawat semua pengurus DPP ada disitu. Ketua Majelis Syuro, Bendahara, semua. Jadi kalau pesawat jatuh, kita harus munaslub (grr..). Pesawat bisa tiba-tiba turun 40 meter. Semua diam. Semua dzikir. Ini bukan goncangan 15 menit.
Karena sudah tegang semua tak ada yang bahkan berbisik dengan tetangga. Kita semua tegang jamai.
Lalu saya menoleh ke belakang dan mengangkat tangan: Assalamualaikum. Kita jadi agak normal kembali walau goncangan tetap saja

Sekali waktu dalam perjalanan ke batam naik pesawat. Transit di pekanbaru, pilot bilang ada kerusakan di mesin jadi kita harus kembali. Beberapa waktu kemudian ada pengumuman dari pilot kerusakan tidak terlalu parah jadi kita lanjutkan perjalanan. Dalam situasi begitu tak ada yang bisa kita lakukan selain kencangkan ikat pinggang dan .. berdoa.
Ikhwah fillah sekalian,
Tak semua masalah politik harus kita selesaikan dengan cara politik.
Kalau antum lihat di AQ kata yang paling banyak terkait dengan sifat atau karakter adalah sabar. Sabar itu artinya bukan bertahan. Tapi terus menerus maju dengan beban yang ada.
Dan pesawat itu kalau ada guncangan yang kita lakukan adalah kencangkan ikat pinggang, bukannya pesawat berhenti parkir di tengah badai.
Kita dapat laporan dari wartawan. Macam-macam. Dalam situasi begini, kita akan hadapi pakai cara apa? Saat perjanjian hudaibiyah sahabat sampai makan daun. Ada saatnya kencangkan ikat pingganag karena tak ada lain yang bisa dilakukan.
Fitnah itu, kata ulama, saking buruknya situasi kita tak bisa lihat tangan kita sendiri
Dan saat seperti itu, yang duduk lebih baik daripada yang berdiri. Yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan. Ada saatnya kita kencangkan ikat pinggang.
Kalau antum ambil doa dari orang seperti ayahandanya Nabi Yusuf: Saya hanya mengadukan semua kegelisahan saya kepada Allah.
Ada kisah seorang soleh dirampok di tengah jalan. Tapi perampok merasa tak cukup hanya mengambil hartanya. Saya juga ingin membunuh kamu. Kata orang soleh, tapi kasih saya kesempatan sholat 2 rakaat. Waktu sholat dia berdoa, "ya Allah hadapilah orang ini." Sebelum dia selesai sholat, perampok sudah mati
Kaum salaf di antara doa-doa mereka, "Ya Allah ketemukanlah orang zolim dengan sesama orang zalim dan keluarkan kami dari mereka dengan selamat."
Waktu video mirip saya keluar ada yang mengatakan harus ada operasi politik. Saya katakan lebih baik kita umroh saja sambil menghibur diri dan mohon pertolongan Allah. Kita berdoa dan tak tahu kapan isu itu reda tapi sebelum saya pulang umroh, isu itu reda.
Tidak semua masalah politik harus diselesaikan dengan cara politik. Langit punya cara. Basis spiritual kita harus diperkuat dalam berdakwah. Dengan basis ini kita punya keyakinan
Allah berfirman bersabarlah karena janji Allah itu benar dan jangan orang-orang yang tidak percaya itu menggoyahkan kamu. Jalan terus tawakkal sambil kencangkan ikat pinggang. Itu cara kita mensiasati. Kita tak hanya berdiam diri.
Kita juga butuh informasi real time. Sambil aware, jangan sampai badai terjadi baru kita mau belok. Tapi kita sudah dapat informasi ini mau ada badai, kita sudah siap.
Jadi ikhwah fillah sekalian, pesawat itu kan goyang-goyang waktu ada badai. Reaksi penumpang beda-beda. Ada yang diam pegang ikat pinggang, ketika goncang menguat naik turun seperti itu ada yang teriak, ada juga yang muntah-muntah

Kalau goncangan lama banyak yang stress. Naik kapal perintis ke Ambon selama 3 hari. Kami harus berpegangan di kapal selama 3 hari berturut-turut. 3 bulan recovery karena jalan itu seraya goyang dunia.
Pada akhirnya kita berpikir bahwa ujung dari semua ini adalah kematian. Tapi ada juga yang sempat berpikir tentang daftar utang yang belum dibayar. Ada juga yang mikir belum walimah.
Goncangan seperti inilah yang disebut amaliyah tamyiz, proses seleski internal di antara kita sendiri

Orang-orang yang stress dalam perjalanan panjang itu juga reaksinya macam-macam. Ada yang menyalahkan pilot. Tadi kenapa ga bilang banyak badai, kalo kita tahu kan ga usah terbang.
Tapi apapun reaksi antum, kita harus terus jalan, karena kita tak mungkin berhenti di tengah badai itu, hancur diombang-ambingkan entah mendarat dimana tak jelas.
Jadi apapun yg terjadi di luar, di dalam tak boleh gaduh karena gaduh tak menyelesaikan masalah. Bagaimana kalau lagi goncang begitu nyalah-nyalahin pilot terus pilot bilang ya sudah anda saja ambil alih pesawat. Situasi seperti inilah yang sedang kita hadapi
Perlu diingat, kita naik pesawat ini sukarela, kita memilih naik di pesawat ini. Keputusan pribadi resiko pribadi kitapun kita sendiri menyetujuinya.
Nah ikhwah sekalian,
Dalam keadaan seperti ini kita melihat antara cuaca yang ada di luar dengan reaksi penumpang yang ada di dalam menentukan situasi apakah kita akan tiba di tujuan dengan selamat.
Setelah melampaui operasi politik yang luar biasa, saya coba-coba cari inspirasi karena baca di teori-teori politik ga ada teorinya. Semua asumsi teori politik dilandaskan atas asumsi normal. Saya mencoba mencari insipirasi dimana kita berada. Saya baca-baca terus Surat Al-Ahzab. Saya menemukan banyak inspirasi di surat ini yang artinya partai-partai, golongan-golongan, multipartai
Ayat 1 sd ayat 7, berbicara tentang keluarga. Ayat 7-27 bicara tentang situasi perang Khandaq. Ayat 28 dst bicara kembali tentang keluarga. Seakan 2 surat ini ingin mengatakan setiap kita punya 2 dunia. Dunia keluarga dan di luar keluarga. Dan kita bisa menghadapi goncangan-goncangan apabila situasi keluarga juga tenang. Bisa dibayangkan jika di luar terjadi goncangan, lalu pulang ke rumah juga dapat goncangan.
Situasi keluarga ini juga digambarkan dalam alquran terkait permintaan tawaran Nabi kepada istri-istrinya. Tawarkan kepada istri-istrimu: Katakan hai Muhammad, bahwa kalau kamu menginginkan kenikmatan dunia maka akan saya berikan kenikmatan dunia, lalu saya ceraikan kalian. Artinya putus hubungan. Ini dilakukan supaya kita tak menghadapi dua front sekaligus.
Salah satu pembahasan tentang Palestina waktu di Sudan, pimpinan Hhamas diprotes sama beberapa ikhwan dari negara lain. Hamas ini kan gerakan perlawanan, Muqawamah. Misinya jihad. Anda sudah melakukanyna. Tapi 4 tahun terakhir anda memegang Gaza dan tak lagi berperang. Hanya keliling-keliling cari duit untuk dibagikan ke rakyat Gaza, sudah menikmati kenikmatan dunia karena berkuasa. Saya pikir benar juga logis juga 4 tahun tak ada perang. Kenapa anda tak menyerang Israel

Kenapa tak dipakai serang Israel? Sudah punya roket, basis kota, dll.
Ust. Khalid Misyal menjawab tenang. Kalo kita bertempur kita memerlukan hal yang disebut halaman belakang, jadi kalau prajurit maju dia capek mundur istirahat di halaman belakang. Lalu maju lagi.
Seperti mujahidin Afgan melawan Uni Soviet punya halaman belakang namanya Pakistan. Tapi kita di palestina tak punya halaman belakang karena seluruh tetangga palestina dalah kolaborator Israel. Yordan, Syria, Mesir, Libanon tak ada yang bisa jadi halaman belakang
Orang Palestina manusia biasa juga. Kalau bertempur terus lalu stress bisa melakukan kesalahan terlalu banyak atau bahkan jadi kanibalis. Itu yang tak dimiliki Hamas sekarang. Halaman belakang Hamas adalah Gaza. Kasih kita waktu untuk istirahat.
Kalau perang terus yang mempunyai masalah bukan cuma mujahidinnya tapi juga keluarga yang ditinggal. Seperti masa Khalifah Umar bin Khatab. Seorang perempuan berpantun ria. Isinya aneh kira-kira begini: Demi Allah kalau bukan karena takut padamu, niscaya ranjang ini sudah bergoyang dengan laki-laki lain.
Saat menghadapi perang Timtim, ada tentara yang jadi kanibalis. Ketemu rumah dibakar, orang disembelih, hewan disembelih. Sampai sekarang orang ini kalau ga lihat darah dalam seminggu bisa stres
Jadi di pesawat disuruh kencangkan ikat pinggang, ingat bahwa kita meninggalkan rumah. Terus pulang ingat akan perang lagi. Sampai ada yang bilang mending pesawat ini meledak saja sekalian (grr…).
Jadi ikhwah sekalian, halaman belakang kita itu adalah rumah kita sendiri. Bayangkan. Lagi ada masalah di luar, istri telpon, "Bi pulang cepat ada masalah di rumah."
Tentu berbeda jika sekalipun memang ada masalah di rumah, tapi istri mengatakan, "Umi dan anak-anak mendoakan abi." Tenang kita berangkat. Kita perlu ketenangan itu
Basis ketahanan keluarga adalah basis yang kuat. Jadi yang menjadi fokus basis ketahanan keluarga oleh bidang perempuan ini sudah benar. Karena kita akan menghadapi masa seperti kaum muslimin di perang Khandaq. Makin kuat goncangan makin butuh halaman belakang yang solid.
Seorang ikhwan ketemu marah-marah sama saya, bukan sama saya tapi sebenarnya sedang stres. Memang nasib saya tak terlalu bagus hari ini. Stres di kerjaan selama lebih dari 12 jam. Pulang diomelin istri, nanti saya mau berdoa. Allah, berikanlah saya istri-istri yang tidak komplain terus sama saya.
Ini joke saja. Jadi memang berat kalau menghadapi dua perang seperi itu, butuh ketahanan jiwa yang luar biasa
Ayat 27-28 itu Allah mulai merekonstruksi peristiwa perang Khandaq. Dan rekonstruksi ini dimulai dengan 2 premis. Ayat ke 7 dan 8 yang mengatakan: Dan ingatlah tatkala Allah mengambil dari Nabi-nabi itu sebuah perjanjian dan dari kamu Muhammad, dari Nuh, Musa, Isa, kami ambil dari mereka mitsaqon ghaliza. Semua goncangan ini adalah sunnah dalam perjalanan hidup.
Asyadun naas… yang paling keras ujian hidupnya adalah nabi-nabi, lalu yang paling dekat hidupnya dengan nabi-nabi. Jadi siapa saja yang melalui jalan ini pasti mengalami goncangan. Begitu juga Rasulullah saw.
Itu yang disebut mitsaqon ghaliza. Perjanjian yang keras. Supaya Allah menguji orang yang jujur. Kita berbaiat bukan dengan satu orang. Tapi baiat kita uahidullah al adziim. Berbaiat dengan Allah bukan dengan muroqib aam, atau presiden partai. Kadar kejujuran itu yang akan diuji, ini emasnya berapa karat
Perhatikan Al Ahzab melukiskan Perang Khandaq dan detil-detilnya. Lalu ayat sesudahnya. Dalam jalan hidup kita pasti ada badai, badai ini untuk menguji kadar kejujuran kita itu. Jadi itu semua cuma ujian. Itu kan cuma peristiwa beberapa me
Lalu ayat sesudahnya. Dalam jalan hidup kita pasti ada badai, badai ini untuk menguji kadar kejujuran kita itu. Jadi itu semua cuma ujian. Itu kan cuma peristiwa beberapa menit. Benar-benar seperti sebuah drama.
Premis kedua Allah mengatakan: Wahai orang-orang yang beriman ingatlah karunia Allah kepada kalian. Karena yang memenangkan pertarungan ini bukan strategi kalian yang sangat hebat tapi karena Allah menghendaki begitu.
Allah maunya begitu2x.

Jadi semua strategi ini cuma asbab. Tapi hasil akhirnya seluruhnya ketentuan Allah swt. Tatkala tentara-tentara itu datang kepada kalian, kami kirim kepada mereka badai/angin. Kenapa angin? Isyarat dari Allah bahwa tools Allah untuk menjalankan rencananya sangat banyak.
Memang hanya angin, tapi angin-angin dikumpulin jadi satu, efeknya beda. Angin-angin dikumpulin jadi badai. Dan tentara yang kalian tidak lihat. Dan Allah maha melihat apa yang kalian lakukan.
Detil lukisannya. Tatkala tentara-tentara itu datang di atas kalian... Perang khandaq terjadi pada tahun ke5. Pasukan terdiri dari 10ribu musyrikin. Ini perlu antum perhatian lukisan ini

H-6 menjelang pertempuran info baru diketahui pasukan muslimin. Terdiri dari 4ribu musyrikin quraisy sisanya musyrikin arab non quraisy. Jadi mobilisasi terbesar dibanding 2 perang besar sebelumnya. Badar 1000 musyrikin, Uhud 3ribu musyrikin. Naik jadi 10 ribu ini mobilisasi yang luar biasa. Puncak mobilisasi.
Tapi yang lebih berbahaya karena info serangan baru diterima H-6. Muslimin Madinah ga siap makanya menggali parit setengah kota madinah. Saat itu musim dingin dan musim paceklik. Dingin madinah bagi yang tahu, beda dengan dinginnya puncak. Menusuk, mudah hidung mengeluarkan darah.
Maka parit khandaq itu digali sejauh lompatan kuda. Lebar 6 meter dalamnya 3 meter

Masalah lain, bagaimana menyelesaikan pekerjaan itu dalam 6 hari? Itu sudah masalah tersendiri dan ini juga pelajaran tentang speed of consolidation, tingkat kecepatan konsolidasi.
Selain musyrikin dari luar, ada lagi pasukan yang dari bawah yang dekat dengan kalian. Yaitu yahudi madinah yang sudah tandatangan piagam NKRI sebelumnya. Jadi ada 3 kabilah besar yahudi berkolaborasi dengan 10 ribu yang ada di luar. Ada lagi kaum munafiqin dalam jamaah muslim. Ada lagi yang lain: dhuafa muslimin. Orang-orang lemah yang kata Allah: di antara kalian ada yang suka mendengarkan ocehan mereka itu

Waktu partai diserang ada yang bilang jangan-jangan benar serangan itu.
Jadi ada musyrikin dari luar, ada yahudi, ada munafiqin. Dalam lukisan ini sangat pendek deskripsi tentang musyrikin, yang panjang justru tentang munafiqin dan dhuafa. Yang di dalam yang mengambat kamu, yang membuat kamu ragu-ragu untuk maju.
Begitulah ungkapan sebagian mereka. Musuh terlalu besar. Target terlalu besar. Apalagi hasil survei masih rendah.
Yang dari dalam itu yang paling berbahaya. Yang saya katakan tadi, reaksi penumpang di pesawat bisa beda-beda. Satu teriak-teriak ketakutan, ada yang diam saja. Ingatlah tatkala mata kalian membelalak dan jantung kalian sampai ke tenggorokan dan kalian mulai menduga yang buruk tentang Allah. Saat itulah orang beriman diuji segoncang-goncangnya

Ada satu masa kita menghadapi semuanya. Apalagi pilot disorientasi, penumpang panik. Fasten seatbelt, dan tawakal. Itu saja.
Perhatikan, ini adalah drama, Allah mengendalikan semuanya, karena pertempuran ini tak selesai dengan pertempuran. Dalam drama Khandaq, apakah ada pertempuran? Begitu kaum musyrikin sampai, mereka bingung kok ada parit, bengong di depan parit itu. Akhirnya mereka mengalami disorientasi. Nunggu-nunggu begitu , yang terjadi saling menatap.

Saat itu pasukan muslimin dibagi dua: 3ribu di pinggir parit sisanya orangtua, perempuan, anak-anak di balik bukit.
Salah satu yang disuruh jaga bukit adalah Hasan bin Tsabit. Penyair, jadi agak mellow (grr..). Ada perempuan mengatakan ada yahudi yang mau menghasut kita, ya Hasan bunuh yahudi itu. Hasan gemetar karena takut, akhirnya perempuan itu yang membunuhnya.
Rajin mendengarkan hasutan dan takut ambil resiko, seperti pengikut nabi Musa: kita nunggu hasil aja deh. Dan ada orang yang seperi itu. Ini semua cuma drama. Bagaimana menyelesaikannya?

Pasukan musyrikin dikirimkan angin, dan Allah mengembalikan orang-orang kafir itu dengan seluruh kemarahan mereka, target mereka tak tercapai. Dan Allah menghindarkan orang-orang beriman dari medan pertempuran.
Seperti ulat bulu, gampang saja Allah kirimkan. Dua orang yang sama bersiasat terhadap kita. Hatinya tdiputar-putar. Oleh Allah, dua orang ini bertengkar. Siapa yang bikin mereka bertengkar kita juga tak tahu. Ya Allah sibukkanlah orang zalim dengan sesama orang zalim. Karena Allah yang memutarb alikkan hatinya.
Kita diselamatkan Allah dengan caranya sendiri.
Coba antum bayangkan waktu kemarin kita hadapi operasi politik, saat itu kita dihadapkan perjanjian baru yang luar biasa mengekangnya. Oooh.. begini cara kerjanya.
Kita ulur-ulur terus sedikit-sedikit. Kita dengarkan semua sudah tandantangan tinggal PKS. Kita dengarkan terus, kita tahu semua ini hanya drama. Allah yang mengatur semua, ilmu kita ini tidak memadai . Waktu kita mau tandatangan, Ust Lutfi Tanya ke ust Hilmi, tandatandangan ustadz? Muroqib aam bilang tandatangan, kita sudah menang. 90% usul kita diterima di kontrak itu.

Di kontrak kita buat celah agar kita bisa exit ketika ada masalah, cuma orang tak tahu kapan exitnya. Dan kita punya dokumen-dokumen yang tak dimiliki partai lain. Waktu kemudian saya ketemu mereka, Pak Sudi, Pak Joko, saat peringatan hari lahir Pancasila, kita jabat tangannya agak enak

Apakah ada pertempuran? Tak ada pertempuran. Diselesaikan dengan cara Allah swt.
Makanya ikhwah sekalian, dalam situasi sedemikian, tegangnya, tak tahu endingnya dan bikin orang panik, orang yang tak tersambung ke langit gampang menyerahnya. Tapi karena kita tahu skenario Allah, kita jadi tenang menghadapinya.

Waktu nabi Musa diserang Firaun, Allah justru nyuruh ke tepi laut. Teorinya orang dikejar itu larinya ke gunung. Ini ke tepi laut. Mau apa kita di sini? Itu kan hal yang sederhana. Ada rencana yang belum disampaikan Allah swt. Jangan laju dulu. Dikejar tapi jangan laju dulu. 
Pada subuh harinya ayam berkokok tak subuh hari, tapi saat matahari mulai terbit. Jadi orang terlambat bangun. Tapi firaun masih santai karena merasa masih bisa menyusul Musa. Begitu Musa sampai di tepi laut, Allah perintahkan pukul tongkat itu.
Firaun bingung, darimana Musa dapat teknologi membelah laut? Setelah Musa dan pengikutnya lewat dan Firaun masuk ke tengah-tengah itu, maka close. Dan sebuah sejarah diakhiri.
Apakah ada pertempuran? Tak ada pertempuran

Yang diperlukan keyakinan penuh yang tak mempan digoyang. Badasi sedikit, kader-kader banyak yang stres, under pressure. Begitu ada kecelakaan kejadian Arifinto, muncul suara dari kader: Pecat!
Padahal ini kesalahan pelanggaran menengah tak perlu sampai sebegitu sanksinya, tapi semua ikhwah di daerah minta pecat! Mundur! Dewan Syariah juga akhirnya under pressure. Akhirnya DSP bikin keputusan sendiri. Arifinto berjiwa besar. Dia ambil keputusan sendiri. Mengundurkan diri.
Tapi antum lihat, itulah efek kepanikan

Dan sekarang efek ini pindah ke tempat lain. Sebenarnya secara hukum aneh, Nazarudin itu belum ada status hukumnya sudah dicekal. Tapi hakim-hakim sekarang menghadapi masalah yang juga dihadapi di masa suatu khalifah. Khalifah dan rakyat bertengkar. Hakim bingung. Kalau saya menangkan khalifah, dibilang saya subyektif menangin khalifah karena dia berkuasa. Kalau memenangkan rakyat – yang belum tentu benar – saya akan dielu-elukan karena berpihak pada rakyat.
Ini tak ada hubungannya dengan kasus Nazarudin, tapi kita lihat bahwa hakim bisa menghadapi masalah seperti ini.
Saya ketemu mantan ketua KPK Pak Ruki, yang saya katakan KPK bertaji ketika Pak Ruki jadi Ketuanya. Dia katakana permintaan publik terlalu besar. Kemampuan terlalu kecil. Kita dikasih satu kampak, yang mau ditebang hutan. Kita tebang, dibilang tebang pilih, habis itu semua teman kita jadi musuh, kita jadi kehilangan teman ,kehilangan keluarga. Kita menghadapi situasi seperti ini. Kekacauan seperti ini

Serangan-serangan ini , kita butuh ketenangan.
Jadi ikhwah sekalian, dengan kesadaran bahwa kita menghadapi goncangan, sumber ketenangan kita berasal dari keyakinan kepada Allah swt yakin pertolongan bahwa ujian yang akan dihadapi ini bersifat indiividual. Ujian individual.
Negara ini hanyalah sumber daya yang kita perlukan, bukan yang kita tuju.

Peran utama kita adalah ustadziyah. Negara ini adalah sumber daya. Waktu kita buat partai cuma 3000 orang. Sekarang berapa kelipatanya? Siapa menteri keuangan jaman nabi Muhamad. Siapa kas jaman nabi? Ada kan? DPW Lampung punya kas ga? Kalo ga punya kas ga mungkin punya GSG begini.
Yang masuk islam sebelum hijrah beda dengan yang masuk islam pasca fathu makkah tentu berbeda. Sekitar 100 sampai 125 ribu orang. Yang pasca fathu mekkah masuk Islam karena apa? Karena politik. Yang masuk islam sebelum itu individual. Pemilih individual. Yang pasca fathu makkah komunal, politik. Terjadi kuantum pada kuantitas karena ada efek kemenangan.
Itulah efek Negara, Negara punya efek multiplier, mengapa yang masuk islam pas hijrah sedikit? Karena yang terbayang resiko. Liqo sembunyi-sembunyi. Resiko ditangkap. Jadi kita akan menghabiskan umur produktif kita underground. Yang sanggup melakoni ini adalah yang punya mentalitas hati bersih, akal sehat , berani pula. Ciri-ciri generasi pertama. Generasi muhajirin jumlahnya sedikit, tapi mereka yang memulai arus sejarah. Begitu berkembang jadi arus, yang lain follower. Orang-orang datang masuk islam.

Sebagian orang masuk islam bukan karena percaya pada islam tapi setelah melihat kekuatan islam. Yang masuk islam karena melihat kekuatan islam adalah pengikut politis.
Coba antum lihat berapa kader kita setelah kita jadi partai. Berapa kuantumnya? Berawal dari 500 orang. Lalu 800-an di awal berpartai. Sekarang 33 ribuan. Itulah efek Negara, jadi Negara adalah sumberdaya dan setiap ideologi butuh 2 hal. Pertama komunitas. Kedua, sumber daya. Pertama adalah qiyadah. Kedua junud, follower.
Tapi untuk membangun ini semua butuh sumber daya. Di PKS ideologi jelas. Komunitas jelas. Masalahnya di sumber daya. Kelak setelah PKS memegang Negara ini yang jadi gubernur bukan PKS, tapi mendaftar di PKS jadi gubernur

Di pergaulan sehari-hari kita dengar ungkapan orang, hati saya di PKS. Itu efek Negara. Efek kemenangan. Mereka bukan saja membuka hati kepada islam tapi juga takut kepada islam.
Makanya fathu makkah 100ribu laki-laki perempuan. Apa yang mereka katakan. Hai Muhammad kamu ini adalah saudara yang mulia, putra dari saudara yang mulia. Begitu sanjungannya.
Akan ada waktunya orang datang pada antum: PKS kumpulan orang soleh, orang-orang dermawan, bagi dong (grr..). Itu sesuai marhalah mereka. Kata Nabi, kalian bebas. Saya tak datang untuk balas dendam. Bukan untuk membunuh tapi untuk buka mata kalian pada kebenaran

Sekarang kita berbuat baik, masih gampang dioperasi. Nanti saatnya kita berkuasa orang akan berpikir, dia ini bukan cuma baik, tapi juga bisa balas dendam. Selama ini kita masih pakai tawakal saja. Sekarang kita yang akan menyerang mereka. Setelah itu mereka tak bisa menyerang kita lagi.
Ketika datang perintah haji, kafir Mekkah bilang tahulah kalau kita kalah sama orang Madinah, sekarang orang Madinah mau datang haji, apa maskudnya? Ngeledek. Show of force. Maka mereka ga boleh masuk. Lalu terjadilah Perjanjian Hudaibiyah, kenapa Rasulullah menerima. Ini posisi kita diserang. Situasi defensive juga ada di musyrik Qurais. Tahun berikutnya terjadi umroh qodho. Tahun berikutnya fathu makkah. Dan jumlah yang masuk islam pasca fathu makkah berkali lipat dibanding era mekkah sampai perang khandaq

Negara adalah organisasi yang dibutuhkan masyarakat untuk mengatur Negara. Kalau ada bansos, boleh ga ikhwah nerima? Boleh saja tapi sesuai persyaratan dan perlu diorganisasi. Kalau ga ada organisasi ga ada pertandingan. Kalau ada organisasi tapi ga dihormati ujung-ujungnya perkelahian.
Tapi organisasi ini adalah infrastruktur. Ga ada isinya. Pernah suatu waktu, negara jalan sendiri, agama jalan sendiri. Ketika kita coba mengumpulkan keduanya, itu dalam konteks menyempurnakan infrastruktur dan isinya. Konten dan sumber daya.
Saya heran orang memperdebatkan agama. Ulama sunni menjelaskan hubungan agama dan Negara. Negara adalah penjaga. Agama adalah asasnya

Kalo ga bikin partai tarbiyah jalan terus tapi tumbuh terbatas. Ketika kita maju ke Negara persoalannya bukan profesionalisme, tapi konfiden. Termasuk kita di DPP beranggapan jarak masih jauh karena butuh banyak keahlian, dst. Padahal sesungguhnya yang dibutuhkan adalah konfiden, rasa percaya diri. Ini bukan tujuan hanya sarana untuk mengukur seluruh rencana dakwah.
Tentang debat hari lahir Pancasila, memang ada kesalahan pada mindset kaum muslimin saat itu dalam memandang masalah. Bukankah Pancasila adalah perjanjian terbuka. Makanya seluruh aliran dimasukkan disini jadi konsensus bersama. Sila pertama cuma 2 yaitu asas religiusitas: semua org Indonesia Beragama. Maka yang dipakai adalah kalimat umum: ketuhanan yang Maha Esa. Karena Indonesia terlalu beragam. Dan karena pimpinan Indonesia saat itu menganut sosialis

Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia. Asasnya keadilan, ga ada kata kemakmuran karena kultur kita lebih berinterpretasi pada pemerataan daripada kemakmkuran. Baru ada di mukadimah UUD. Kita lihat ketika pancasila lahir, begitulah situasinya.
Ditanya PKS asasnya Pancasila atau Islam? Saya tanya apakah itu pertanyaan? Ini semua sudah selesai 3x. Pancasila adalah konsensus bersama. Selesai. Kenyataannya, sekarang pancasila ga dilirik lagi oleh anak muda. Maka PKS saatnya mentakeover seluruh isu nasionalisme (applause…). Jangan lagi jadi pertanyaan.
Ini semagnat sinkretisme di budaya jawa karena kalau antum lihat semua agama pernah lahir di Jawa. Beruntunglah sudah ada hindu dan budha, lalu Islam datang langsung jadi mayoritas. Kristen datang tapi jumlah penganutnya tidak terlalu berkembang.
Islam masuk melalui jalur niaga. Pedagang-pedagang arab. Mereka berdagang, dilihat akhlaknya bagus lalu kawin dengan anak raja. Lalu jadi raja. Begitulah Islam jadi mayoritas. Ini diceritakan dengan runtut oleh seorang penulis dari Australia. Dari abad 13 sampai dengan sekarang bisa dibilang seluruhnya adalah sejarah islam. Tapi common platform: seperti rasulullah ketika memfutuhkan mekkah. Persepsi awalnya orang-orang ini akan menyerang kita.
Mereka harus diredam semangat permusuhannya. Siapapun yang menyerang madinah, yang paling mungkin diserang adalah orang Islam. Tapi kepada Yahudi, kaum kafir di Madinah, Rasulullah bilang kita semua diperangi

Wa mualafati qulubuhum. Ada orang yang perlu dilembut-lembutkan hatinya. Pakai apa? Pakai fulus.
Pancasila = common platform. Ketegangan ini lebih karena semangat orde baru memaksakan asas tunggal dan karena islam sudah lama termarjinalisasi. Dan orang Islam seperti melihat Negara di kejauhan.
Di harlah pancasila ada ikhwah pakai kopiah putih. Ditanya kok ga pake kopiah hitam? Dia jawab urusan saya bukan sama pancasila, urusan saya sama quran dan sunnah. Bagaimana mempertahankan mindset ini pada saat yang sama kita yang harus mengisi ruang kosong yang ada sekarang

Tahun 2008 kita ingin membuka sekat-sekat islam dan nasionalisme. Sekarang bukan lagi menghilangkan sekatnya tapi take over agar kita bukan cuma bicara atas nama umat tapi atas nama bangsa keseluruhan.
Oleh karenanya perlu memperdalam tsaqofah nasionalisme. Untuk memperkuat semangat memiliki negara ini. Kita bukan orang luar. Kita ini orang dalam. Ahlul bayt Negara ini. Sifat-sifat, perasaan ini, yang harus dihilangkan. Salah satu sebab kemenangan adalah hilangnya kepercayaan pada partai-partai lama. Tapi pertanyaannya adalah apakah PKS bisa mewakili semua pihak bukan hanya dirinya sendiri

1999 kita ikut sidang baru dikasih hak bicara. Kita belum memimpin sidang. Sekarang punya hak mengambil keputusan. Apa kerjanya kalau belum menguasai Negara? Mengangkat orang agar menguasai jabatan.

Wallahu alam

Wednesday, June 8, 2011

Ada apa dibalik Isra' Mi'raj ??

Bismillahiroohmaanirrohiim,
Alhamdulillahi robbil 'alamiin


Wash-sholaatu wassalaamu 'alaa rosuulillahil lariim,




Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya untuk kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Q.S. al-Isrâ’ [17]: 1)

Dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj, banyak perdebatan yang timbul di kalangan kaum muslimin. Apakah nabi Muhammad s.a.w melakukan Isra’ dan Mi’raj dengan ruhnya saja? Apakah dengan ruh dan jasadnya sekaligus? Ataukah dalam mimpi saja? Pertanyaan ini sering memunculkan jawaban yang beraneka-ragam sesuai dengan pendekatan masing-masing penafsir. Sebagian kalangan rasionalis seperti Imam al-Zamakhsyari, menyatakan bahwa Isra’ dan Mi’raj hanyalah terjadi dengan ruhnya saja. Hal itu didasarkan pada pernyataan A’isyah r.a. ia bersumpah demi Allah tidak kehilangan jasad Rasulullah s.a.w. dan bahwa Nabi Mi’raj dengan ruhnya. Demikian juga pernyataan Mu’awiyah (al-Zamakhsyari, 2006: 623). Sedangkan menurut al-Hasan, peristiwa Isra’ dan Mi’raj itu terjadi hanya dalam mimpi (fî al-manâm). Adapun mayoritas mufassir (jumhûr) menyatakan bahwa peristiwa agung itu terjadi di alam sadar (fi al-yaqzhân) bukan dalam tidur (fî al-manâm) dan dengan ruh dan jasad Nabi s.a.w sekaligus. Pernyataan ini didukung oleh Abdurrahman al-Sa’di dalam tafsirnya  (al-Sa’di, 2003: 428).
Bermacam-macam interpretasi (penafsiran) di kalangan mufassir perihal Isra’ dan Mi’raj sungguh membingungkan kalangan awam umat Islam. Menurut Ust. Supriyanto Pasir, setidaknya ada tiga pendekatan dalam memahami peristiwa Isra’ dan Mi’raj, jika khilafiyah itu dikembalikan kepada ayat Alqur’an itu sendiri, yaitu pendekatan ke-bahasa-an, pendekatan ke-sejarah-an dan pendekatan ke-iman-an. Dengan tiga pendekatan ini kita akan mampu memunculkan pemahaman yang komprehensif.
Pertama, pendekatan ke-bahasa-an (lughatan), jika kita perhatikan dengan seksama, Allah s.w.t  memulainya firman-Nya dengan subhâna. Hal ini akan menjadi sebuah indikasi bahwa apa yang akan dikatakannya kemungkinan akan mengagetkan manusia karena merupakan suatu peristiwa yang luar biasa. Yaitu diperjalankannya Nabi Muhammad s.a.w hanya di sebagian malam dengan jarak yang jauh, kemudian naik menembus langit ke tujuh, Sidrah al-Muntaha dan hingga al-Mustawa. Penyebutan kata lailan dengan bentuk nakirah adalah memiliki arti menyedikitkan masa perjalanan al-Isra’ (taqlîl muddati al-isrâ’) sehingga dapat ditafsirkan dengan kata min al-lail (al-Baidhawi, 2003: 563) di manamin di sini berfungsi sebagai li al-tab’îdh (untuk menunjukkan jarak yang jauh). Selanjutnya, kata ‘abdun dalam kalimatbi ‘abdihi, dalam bahasa Arab adalah menunjuk kepada seseorang yang terdiri dari jasad dan ruh. Karena jasad tanpa ruh adalah mayyitun dan ruh tanpa jasad juga tidak bisa disebut ‘abdun, dalam pengertian yang sesungguhnya.
Kedua, pendekatan ke-sejarah-an (târikhiyyah). Pada bagian ini penting untuk mengkritisi dua (kejanggalan) pernyataan dari ‘Aisyah r.a dan Mu’awiyah r.a. Kejanggalan pertama, terkait dengan pernyataan ‘Aisyah, bahwa ia tidak kehilangan jasad Nabi s.a.w di malam Isra’ dan Mi’raj. Hal ini janggal sekali jika peristiwa itu terjadi satu tahun sebelum hijrah. Mengapa? Karena ‘Aisyah baru berkumpul dengan Nabi Muhammad s.a.w. dan tinggal serumah dengannya adalah saat setelah hijrah ke Madinah, maka pernyataan ini diragukan kebenarannya. Kejanggalan kedua, terkait dengan Mu’awiyah, saat peristiwa Isra’ dan Mi’raj dia masih belum masuk Islam, dia baru ber-Islam saat terjadi Fathu Makkah. Apa yang ia sampaikan hanyalah berdasar kepada logikanya saja.
Ketiga, pendekatan ke-iman-an (al-imân). Peristiwa Isra’ dan Mi’raj pertama kali dibenarkan oleh Abu Bakar tanpa melalui proses berpikir panjang jika sumbernya adalah Nabi Muhammad s.a.w. hingga ia digelari dengan as-shiddiq. Disini yang perlu kita sadari adalah bahwa tidak ada sesuatu hal yang mustahil dalam setiap peristiwa yang Allah s.w.t kehendaki, Dia Maha Berkehendak atas segala sesuatu.

Pertama, peristiwa boikot yang dilakukan orang kaum Quraisy kepada seluruh keluarga Bani Hasyim. Kaum Quraisy tahu bahwa sumber kekuatan Nabi Saw adalah keluarganya. Oleh karena itu untuk menghentikan dakwah Nabi Saw. sekaligus menyakitinya, mereka sepakat untuk tidak mengadakan perkawinan, transaksi jual beli dan berbicara dengan keluarga bani Hasyim. Mereka juga bersepakat untuk tidak menjenguk yang sakit dan mengantar yang meninggal dunia dari keluarga Bani Hasyim. Boikot ini berlangsung kurang lebih selama tiga tahun. Tentunya boikot selama itu telah mendatangkan penderitaan dan kesengsaraan khususnya kepada Nabi Saw. dan umumnya kepada keluarga Bani Hasyim. 

Kedua, peristiwa wafatnya paman beliau, Abu Thalib. Peristiwa ini menjadi sangat penting dalam perjalanan dakwah N! abi Saw. sebab Abu Thalib adalah salah satu paman beliau yang senantiasa mendukung dakwahnya dan melindungi dirinya dari kejahilan kaum Quraisy. Dukungan dan perlindungan Abu Thalib itu tergambar dari janjinya," Demi Allah mereka tidak akan bisa mengusikmu, kecuali kalau aku telah dikuburkan ke dalam tanah." Janji Abu Thalib ini benar. Ketika ia masih hidup tidak banyak orang yang berani mengusik Nabi Muhammad Saw, namun setelah ia wafat kaum Quraisy menjadi leluasa untuk menyakitinya sebagaimana digambarkan dalam awal tulisan ini. 

Ketiga, peristiwa wafatnya istri beliau, Siti Khadijah r.a. Peristiwa ini terjadi tiga hari setelah pamannya wafat. Siti Khadijah bagi Nabi Saw. bukan hanya seorang istri yang paling dicintai dan mencintai, tapi juga sebagai sahabat yang senantiasa mendukung perjuangannya baik material maupun spiritual, yang senantiasa bersama baik dalam keadaan suka maupun duka. Oleh karena itu, wafatnya Siti Khadijah menjadi pukulan besar bagi perjuangan N! abi Saw.. 

Tiga peristiwa yang terjadi secara berurutan itu sangat berpengaruh pada perasaan Rasulullah Saw. ia sedikit sedih dan gundah gulana. Ia merasakan beban dakwah yang ditanggungnya semakin berat. Oleh karena itu para sejarawan menamai tahun ini dengan ámul hujn (tahun kesedihan). 

Dalam kondisi seperti itulah kemudian Allah Swt. mengundang Nabi Saw. melalui peristiwa isra dan mi'raj. Isra' adalah peristiwa diperjalankannya Nabi Saw. dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa sedangkan mi'raj merupakan peristiwa dinaikannya Nabi Saw. dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha. Peristiwa Isra Miraj ini mengajarkan banyak hal kepada Nabi Saw. Dalam perjalanan isra' ia melihat negeri yang diberkahi Allah Swt. dikarenakan di dalamnya pernah diutus para Rasul. Sedangkan dalam perjalanan mi'raj ia melihat tanda-tanda kebesaran Allah Swt. "Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari, dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkati sekelilingnya, ! supaya kami perlihatkan ayat-ayat Kami kepadanya. Sesungguhnya Ia Maha mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S Al Isra :1). "Sesungguhnya ia (Muhammad) melihat Jibril (dalam rupanya yang asli) di waktu yang lain. Yaitu di Sidratul Muntaha. Didekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha itu diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya ia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar." (Q.S An-Najm : 13-18). 

Isra' dan mi'raj merupakan pengalaman keagamaan yang paling istimewa bagi Nabi Muhammad Saw.. Puncaknya terjadi di Sidratul Muntaha. Muhammad Asad menafsirkan Sidratul Muntaha dengan lote-tree farthest limit (pohon lotus yang batasnya paling jauh). Pohon Lotus dalam tradisi Mesir kuno merupakan simbol kebijaksanaan (wisdom) dan kebahagiaan. Dengan demikian secara simbolik Sidratul Muntaha dapat diartikan se! bagai puncak kebahagiaan dan kebijaksanaan. 

Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS. Al-Isra' ayat 1)

Apa itu Isra' Mi'raj?

Secara bahasa Isra'  berarti berjalan pada waktu malam hari (saara lailan). Sedangkan kata Mi'raj berasal dari kata 'araja yang berarti naik.
Sementara secara istilah, Isra'  Mi'raj adalah peristiwa berjalannya Rasulullah saw pada malam hari dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha lalu naik dari bumi (Masjidil Aqsha) ke langit (Sidratul Muntaha).

Apa dalil adanya Isra' Mi'raj?

Peristiwa Isra' dijelaskan secara tegas oleh Allah dalam surat al-Isra' ayat 1  yang berbunyi:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: "Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS. Al-Isra' ayat 1).

Sedangkan peristiwa Mi'raj, tidak dijelaskan oleh Allah secara tegas sebagaimana peristiwa Isra'. Namun demikian, peristiwa ini tetap disinggung dalam al-Qur'an, misalnya dalam firmanNya surat an-Najm berikut ini:
أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى (12) وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (13) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (17) لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (18)
Artinya: "Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang Telah dilihatnya? Dan Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,  (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia Telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar" (QS. An-Najm ayat 12-18).

Mengapa ketika berbicara peristiwa Isra', Allah menjelaskannya dalam al-Qur'an secara langsung dan jelas, sementara ketika berbicara mengenai Mi'raj tidak dijelaskan secara langsung dan jelas?
Sebagian ulama, sebagaimana diutarakan Syaikh Sya'rawi dalam bukunya al-Isra' wal Mi'raj, mencoba memberikan jawaban bahwa peristiwa Isra' adalah peristiwa yang terjadi di bumi. Peristiwa di bumi umumnya dapat ditangkap dengan akal. Karena itu, Allah menjelaskan peristiwa Isra' secara jelas dan langsung.

Sedangkan peristiwa Mi'raj adalah peristiwa langit (samawy). Peristiwa samawi umumnya tidak dapat ditangkap dengan akal. Sehingga, sekalipun dijelaskan secara tegas dan langsung, akal tetap sulit  dan tidak bisa menerimanya. Karena peristiwa langit bukanlah jangkauan akal. Di sinilah pentingnya dan diujinya keimanan. Seolah Allah hendak mengatakan, apakah anda masih mengukur sesuatu berdasar akal saja, sementara yang tidak masuk akal tidak diimani? Apabila segala sesuatu harus sesuai dengan akal, maka dimana letak keistimewaan agama? Kalau demikian, apa bedanya dengan filsafat?

Dengan kata agama, sesungguhnya terdapat banyak hal yang juga harus diyakini sebagai sebuah kebenaran sekalipun di luar jangkauan akal. Karena ketika menyakini hal itu, berarti ia meyakini adanya Allah dengan segala kegagahan dan kesempurnaanNya. Dan di sinilah keistimewaan seorang mu'min; ia akan mempercayai dan meyakini apa yang dinilainya masuk akal dan apa yang tidak masuk akal.

Kapan terjadinya Isra' Mi'raj
Terdapat perbedaan pendapat  yang sangat beragam mengenai kapan terjadinya peristiwa Isra' Mi'raj ini. Imam as-Suyuthi dalam bukunya, al-Isra' wal Mi'raj, misalnya menuturkan terdapat lebih dari sepuluh pendapat yang berbicara tentang waktu terjadinya Isra' Mi'raj ini. Hanya saja, menurut pendapat yang paling kuat, bahwa peristiwa Isra' Mi'raj ini terjadi pada hari Senin tanggal 27 Rajab sebelas tahun lebih sembilan bulan setelah Rasulullah saw diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Tepatnya pada saat Rasulullah saw berusia 51 tahun lebih sembilan bulan (lihat dalam ar-Raud al-Fa'iq karya Syaikh Syu'aib bin Sa'ad Abdul Kafi).

Peristiwa Isra' Mi'raj terjadi setelah dua pembela dan pendukung kuat dakwah Rasulullah saw meninggal dunia, yakni Abu Thalib, pamannya dan Siti Khadijah, isterinya. Abu Thalib dan Khadijah meninggal pada tahun yang sama.
Peranan Abu Thalib dan Khadijah sangat besar bagi ketegaran dan keamanan dakwah Rasulullah saw. Abu Thalib adalah 'bodyguard' beliau dari luar rumah, sementara Khadijah adalah 'bodyguard' nya dari dalam rumah. Oleh karena itu, ketika Abu Thalib masih ada, Rasulullah saw merasa aman karena tidak ada orang kafir Quraisy yang berani menantang dan mengganggunya secara terang-terangan. Paling hanya tokoh-tokohnya saja. Semua itu, lantaran posisi Abu Thalib di hadapan bangsa Arab saat itu, sangat terhormat dan dihormati.

Demikian juga, ketika beliau sedih dan merasa kurang nyaman, beliau ada 'bodyguard' lainnya yang senantiasa menenangkan dan memberikan kedamaian dari dalam rumah yakni Khadijah tercinta. Namun, ketika Abu Thalib menigngal dunia, orang-orang kafir Quraisy sangat berani mengganggu Rasulullah saw, bukan saja tokoh-tokohnya, akan tetapi juga termasuk orang-orang level bawahnya. Meski demikian, Rasulullah saw tetap masih bisa tegar dan dapat berbagi dengan isteri tercintanya. Bahkan, Khadijah pandai menenangkan sekaligus menghibur Rasulullah saw apabila ada masalah dan gangguan orang-orang Quraisy. Ketika tidak berapa lama dari meninggalnya Abu Thalib, Khadijah pun meninggal, Rasulullah saw betul-betul terpukul. Karena kini semua penderitaan harus ditanggung sendiri, tanpa ada yang membela dan tanpa ada yang memberikan ketenangan. Oleh karena itu, dalam sejarah Islam, tahun tersebut dikenal dengan 'aamul huzmi (tahun kesedihan).

Untuk memberikan hiburan atas kesedihan yang diterima Rasulullah saw saat itu, Allah swt lalu memberikan refreshing kepada Rasulullah saw melalui peristiwa Isra'  Mi'raj. Peristiwa Isra' Mi'raj di samping sebagai ajang penghibur Rasulullah saw, juga untuk lebih meyakinkan lagi,  bahwa sekalipun kedua pembelanya sudah meninggal dunia, namun yang menciptakan kedua pembelanya itu tidak akan pernah meninggal dunia. Allah juga seolah hendak mengatakan kepada Rasulullah saw bahwa kekuasaan dan kekuatan Allah di atas kekuatan seluruh manusia, karena itu tidak boleh merasa takut dan terlalu bersedih. Selama dalam kebenaran dan jalanNya, Allah akan terus menjaga dan melindungi. Allahu akbar..


Peristiwa-peristiwa yang didapati Rasulullah saw ketika Isra' 

Dalam banyak hadits dan riwayat disebutkan bahwa selama perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha, Rasulullah saw mendapatkan beberapa peristiwa dan kejadian, di antaranya apa yang disampaikan dalam hadits riwayat Imam Baihaki berikut ini:

1.Rasulullah saw mendapatkan sekelompok orang yang menanam dalam satu hari, dan keesokan harinya langsung dapat menuai hasilnya (memanennya). Setelah dipanen, tanaman itu kembali seperti semula, dan keesokan harinya kembali dipetik hasilnya. Demikian seterusnya. Ketika ditanyakan, Jibril menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang berjihad (berjuang) di jalan Allah, Allah melipatgandakan pahala kebaikannya menjadi tujuh ratus kali lipat".

2.Rasulullah saw juga mendapatkan seorang wanita yang sudah sangat bungkuk. Wajahnya hampir mengenai tanah saking tuanya. Rasulullah saw lalu menanyakan kepada Jibril siapa wanita tua itu. Jibril menjawab: "Itu adalah gambaran dunia, bahwa usia dunia saat ini sudah sangat tua sebagaimana tuanya wanita bungkuk tersebut".

3.Rasulullah saw juga melihat sekelompok orang yang memukuli kepala mereka sendiri dengan batu, sampai kepalanya pecah sambil berteriak kesakitan. Namun, meski kesakitan, ia terus memukulnya dengan keras. Ketika kepalanya sudah pecah, kepalanya kembali seperti semula, dan ia pun kembali memukul-mukulnya sampai pecah dan demikian seterusnya. Ketika Rasulullah saw menanyakan siapa mereka, Jibril menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang malas dan sangat berat untuk melakukan shalat wajib".

4.Rasulullah saw juga mendapatkan sekelompok orang yang dikelilingi oleh pohon yang berduri tajam. Mereka memakan duri-duri dan benda-benda tajam yang berada di hadapannya sambil meraung-raung seperti unta dan kambing. Ketika ditanya, Jibril menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat harta mereka".

5.Rasulullah saw juga mendapati sekelompok orang yang di hadapannya terdapat dua jenis daging, daging yang mateng dan bersih, serta daging yang mentah serata sudah busuk penuh dengan belatung-belatung. Namun, mereka lebih memilih memakan daging yang masih mentah dan busuk serta bau dari pada daging yang matang dan bagus. Jibril menjawab: "Mereka adalah laki-laki yang sudah beristeri, namun tetap menggauli wanita-wanita tuna susila. Mereka juga adalah wanita-wanita yang sudah bersuami akan tetapi melakukan perbuatan zina dengan laki-laki lain".

6.Rasulullah saw juga mendapatkan sekelompok orang  yang telah mengumpulkan satu ikatan besar benda-benda sehingga karena banyaknya ia tidak dapat mengangkatnya. Namun, bukannya dikurangi, malah ditambah dengan beban lainnya yang lebih banyak. Rasulullah saw lalu bertanya kepada Jibril, dan Jibril menjawab: "Itu adalah gambaran ummatmu yang dia sendiri sudah tidak sanggup untuk memikul amanat orang-orang, namun tetap dipaksakan untuk memikulnya".

7.Rasulullah saw juga mendapatkan sekelompok orang yang menggunting lidah dan bibirnya dengan gunting yang terbuat dari besi yang sangat panas. Setiap kali ia menggunting lidah dan bibirnya hingga putus, keduanya kembali seperti semula, dan  ia pun kembali mengguntingnya. Ketika ditanyakan, Jibril mengatakan: "Mereka adalah provokator yang menyebarkan isu-isu tidak benar untuk membuat kekacauan. Mereka juga adalah orang-orang  yang memberikan nasihat-nasihat, akan tetapi dia sendiri menyalahi apa yang disampaikannya itu".

8.Rasulullah saw juga mendapati sebuah lobang kecil di mana dari lobang tersebut keluar seekor sapi yang sangat besar. Setelah keluar, sapi itu bermaksud untuk kembali ke lobang tersebut, namun tidak bisa. Jibril mengatakan: "Itu adalah gambaran ummatmu yang banyak menyakiti orang lain melalui perkataannya, lalu ia menyesali perbuatannya itu namun tidak dapat menarik kata-katanya itu".

9.Rasulullah saw juga melewati sebuah lembah yang mengeluarkan wangi yang sangat sedap dan harum serta mendengar perkataan-perkataan lembut, damai serta tenang. Rasulullah saw kembali bertanya kepada Jibril, dan Jibril pun menjawab: "Itu adalah suara surga".

10.Rasulullah saw juga melewati sebuah lembah yang mengeluarkan bau busuk dan sangat tidak sedap, serta mendengar suara-suara yang menjerit-jerit dan tidak sedap didengar. Ketika Rasulullah saw bertanya, Jibril menjawab: "Suara itu adalah suara neraka Jahannam".

11.Ketika sampai di Baitul Maqdis, Rasulullah saw diberikan sebuah bejana berisi air, lalu dikatakan kepadanya: "Minumlah!". Rasulullah saw lalu meminumnya sedikit, tidak sampai kenyang. Lalu diberikan lagi bejana berisi susu dan dikatakan kepadanya: "Minumlah!". Rasulullah saw meminumnya dengan banyak sampai beliau kenyang. Lalu diberikan lagi sebuah bejana berisi khamar (minuman keras) dan dikatakan kepadanya: "Minumlah!". Rasulullah saw menjawab: "Tidak, saya tidak mau meminumnya karena sudah kenyang". Jibrl lalu berkata: "Itu adalah khamar yang akan diharamkan kepada ummatmu. Apabila kamu tadi meminumnya, maka ummatmu tidak akan ada yang taat mengikutimu melainkan segelintir orang saja".

Semua gambaran dan peristiwa-peristiwa yang didapai Rasulullah saw pada waktu Isra'nya adalah gambaran sekaligus pelajaran bagi ummatnya agar lebih hati-hati dalam bertindak dan berbuat.


Peristiwa-peristiwa yang didapati Rasulullah saw ketika Mi'raj

Rasulullah lalu memimpin shalat para Nabi di Masjidil Aqsha sebelum beliau Mi'raj ke langit. Pertanyaannya, bukankah shalat saat itu belum diwajibkan? Lalu apakah shalat  yang dilakukan oleh Rasulullah saw adalah shalat sebagaimana shalat kita saat ini?

Perlu penulis sampaikan bahwa shalat yang diwajibkan pada waktu Mi'raj Rasulullah saw adalah shalat dengan gerakan dan waktu seperti yang kita lakukan saat ini. Namun, ini tidak berarti bahwa sebelum Mi'raj tidak ada kewajiban shalat. Shalat sudah ada dan sudah diwajibkan hanya dengan cara dan waktu yang berbeda, yakni hanya dua kali sehari semalam yaitu pada waktu awal siang (pagi hari) dan akhir siang (sore hari). Bahkan, shalat ini juga adalah sudah ada dan merupakan kewajiban para Nabi sebelum Nabi Muhammad saw.

Nabi Musa, misalnya, juga sudah ada kewajiban untuk melakukan shalat. Dalilnya adalah firman Allah di bawah ini:
وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (87)
Artinya: " Dan kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan Dirikanlah olehmu shalat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman" (QS. Yunus ayat 87).

Nabi Isa juga sudah diwajibkan untuk melakukan shalat, seperti perkataan beliau ketika masih sangat bayi untuk menjelaskan kepada orang-orang saat itu akan jati diri beliau sebagaimana tertera dalam firman Allah berikut ini:
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا (30) وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا (31) وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا (32)
Artinya: "Berkata Isa: "Sesungguhnya Aku Ini hamba Allah, dia memberiku Al Kitab (Injil) dan dia menjadikan Aku seorang nabi. Dan dia menjadikan Aku seorang yang diberkati di mana saja Aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama Aku hidup;  Dan berbakti kepada ibuku, dan dia tidak menjadikan Aku seorang yang sombong lagi celaka" (QS. Maryam: 30-32).

Nabi Ibrahim pun sudah ada kewajiban shalat sebagaimana dalam firman Allah di bawah ini:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ
Artinya: "Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat...."(QS. Ibrahim: 37)

Nabi Ismail pun demikian, sebagaimana dalam firmanNya:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا (54) وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا (55)
Artinya: "Dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya  untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya" (QS. Maryam ayat 54, 55)

Nabi Zakaria pun demikian, sebagaimana firman Allah:
فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ
Artinya: "Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab ....." (QS. Ali Imran: 39).

Demikian juga dengan Nabi Ishaq dan Ya'kub, sebagaimana dalam firmanNya:
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً وَكُلًّا جَعَلْنَا صَالِحِينَ (72) وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ (73)
Artinya: "Dan kami Telah memberikan kepada-Nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). dan masing-masingnya kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami Telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami dan Telah kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan Hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah" (QS. Al-Anbiya: 72-73).
Dari berbagai dalil di atas menunjukkan bahwa shalat sudah ada dan diwajibkan kepada para Nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Untuk itu, bukanlah sesuatu yang aneh apabila Rasulullah saw memimpin shalat di Baitul Maqdis, karena shalat sudah diwajibkan sebelumnya. Hanya, sekali lagi shalat yang diwajibkan setelah peristiwa Mi'raj itu adalah shalat dalam bentuk dan cara serta jumlah dan waktu seperti yang kita lakukan sekarang ini. Wallahu 'alam.

Kembali kepada peristiwa  yang Rasulullah saw dapatkan ketika Mi'raj, terdapat banyak keterangan yang berbicara seputar hal itu. Salah satunya adalah apa yang terdapat dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari.

Rasulullah saw lalu naik ke langit dunia (langit pertama) dan beliau bertemu dengan Nabi Adam as yang apabila melihat ke sebelah kanan, ia tesenyum (melihat keturunannya yang masuk surga) serta apabila melihat ke arah sebelah kiri, ia menangis (melihat keturunannya yang masuk neraka). Di langit pertama ini juga Rasulullah saw melihat dua buah sungai yang mengalir terus menerus tidak terputus dengan airnya yang banyak dan bersih. Ketika ditanyakan kepada Jibril, Jibril menjawab: "Ini adalah sungai Nil dan Efrat".

Rasulullah juga mendapatkan sungai lainnya  yang di atasnya terdapat istana yang terbuat dari intan berlian serta mengeluarkan wangi yang sangat harum. Ketika ditanya, Jibril menjawab: "Ini adalah sungai Kautsar yang Allah siapkan untukmu".

Lalu Rasulullah saw naik lagi ke langit kedua dan mendapatkan dua pemuda gagah yaitu Nabi Isa as dan Nabi Yahya as.

Lalu naik ke langit ketiga, beliau mendapatkan Nabi Yusuf as. Naik lagi ke langit keempat dan mendapatkan  Nabi Idris as. Di langit kelima bertemu dengan Nabi Harun as. Di langit keenam, bertemu dengan Nabi Musa as. Serta di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim as.
Kemudian beliau menuju Sidratul Muntaha bertemu dengan Allah, tanpa disertai Jibril lagi, karena Jibril tidak sanggup dan tidak kuat naik ke Sidratul Muntaha. Di sanalah Rasulullah saw menerima perintah shalat lima waktu sebagaimana yang kita lakukan seperti saat ini.

Pentingnya shalat

Hasil terbesar dari peristiwa Isra' Mi'raj ini adalah diwajibkannya shalat. Dari sekian banyak jenis ibadah, hanya shalat yang Allah wajibkan langsung kepada Nabi Muhammad saw tanpa melalui perantara Jibril. Plus, hanya shalat yang Allah wajibkan di langit sementara yang lainnya diwajibkan di bumi. Puasa, Zakat, Haji dan yang lainnya, Allah wajibkan melalui perantara Jibril serta diwajibkan di bumi.

Semua ini menunjukkan bahwa shalat mempunyai kedudukan sangat istimewa dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya.  Bukti lain bahwa shalat mempunyai kedudukan sangat penting adalah dengan diwajibkannya kepada para Nabi sebelumnya sebagaimana telah penulis sampaikan di atas.

Di samping itu, hanya shalat ibadah satu-satunya yang harus dilakukan dalam semua kondisi dan keadaan. Ia harus dilakukan selama nyawa ada di kandung badan. Bagi orang kaya maupun miskin tetap wajib shalat. Ketika berada di tempat harus shalat, ketika bepergian juga harus shalat. Ketika sehat harus shalat ketika sakitpun tetap harus shalat. Ketika sedang sakaratpun, selama masih sadar, juga tetap wajib melakukan shalat. Bahkan setelah mati pun wajib dishalati.

Sementara ibadah lainnya tidak demikian. Puasa boleh dibatalkan manakala sedang bepergian. Bagi ibu-ibu hamil dan sudah sangat tua, diperbolehkan tidak berpuasa dengan jalan diganti fidyah. Orang yang sakit tidak wajib berpuasa. Bahkan orang yang meninggal dunia pada waktu bulan Ramadhan, menurut pendapat yang lebih kuat, tidak ada kewajiban  bagi ahli waritsnya untuk menggantikan si mati berpuasa pada hari-hari yang tidak sempat dijalaninya.

Zakat dan haji pun demikian, ia hanya diwajibkan bagi mereka yang sudah masuk katagori mampu. Bagi yang belum mampu, tidak ada kewajiban untuk melakukannya.

Karena pentingnya kedudukan shalat ini, Rasulullah saw dalam hadits shahih mengatakan bahwa shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab kelak di hari Kiamat. Apabila shalatnya baik, maka baik pula seluruh amal lainnya. Apabila shalatnya buruk, maka buruk juga amalan-amalan lainnya.
عن أبي هريرة قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ((إن أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة)) [رواه النسائى وأبو داود وغيرهم]
Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya amal yang pertama kali akan dihisab kelak pada hari kiamat adalah shalat" (HR. Nasai, Abu Daud dan lainnya).
Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa shalat adalah tiangnya agama dan kunci masuk ke dalam suraga:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((ألا أخبركم برأس الأمر وعموده؟ قلت: بلى, يا رسول الله. قال: رأس الأمر: الإسلام, وعموده الصلاة)) [رواه أحمد]
Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Maukah aku kabarkan kepala dan tiang agama?" Aku menjawab: "Tentu ya Rasulullah". Rasulullah saw bersabda kembali: "Kepala agama adalah Islam dan tiangnya adalah shalat" (HR. Ahmad).
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مفتاح الجنة الصلاة)) [رواه الترمذى]
Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Kunci surga itu adalah shalat" (HR. Turmudzi).

Bahkan dalam hadits lain disebutkan bahwa shalat adalah Mi'rajnya orang-orang mukmin. Ini artinya, bahwa seorang mukmin juga dapat melakukan Mi'raj melalui shalatnya. Oleh karena itu, adalah menjadi kewajiban seorang muslim, melalui Isra' Mi'raj ini untuk lebih menjaga dan melaksanakan shalat, baik yang wajib maupun sunnah, dengan sebaik dan serajin mungkin. Baik shalat dalam wujud ritual ibadah, maupun dalam bentuk sosial di masyarakat.

Yang saya maksudkan dengan shalat dalam wujud sosial adalah pengejawantahan shalat dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana disampaikan oleh para ulama, bahwa shalat sarat akan formalitas yang penuh makna. Seseorang yang melakukan shalat misalnya, pertama kali yang dilakukan adalah mengucapkan takbiratul ihram: Allahu Akbar (Allah Maha Besar) sambil mengangkat kedua belah tangan. Ini adalah bentuk sumpah seorang hamba kepada rabnya. Seorang bupati, gubernur, ketua pengadilan atau apa saja, apabila diambil sumpah, maka harus mengangkat sebelah tangan sebagai bukti kesetiaan dan janjinya.

Demikian juga dengan Allah. Melalui takbiratul ihram hakikatnya kita berjanji dan bersumpah kepada Allah bahwa hanya Allah yang Maha; Maha Agung, Maha Gagah, Maha Besar, Maha Kaya dan seterusnya. Dari sini kemudian akan melahirkan sikap tawadhu' rendah hati, tidak sombong. Karena ketika dia kaya, sesungguhnya ada yang lebih dan Maha Kaya yaitu Allah. Ketika dia berkedudukan dan berpangkat tinggi, ia ingat ada  yang Maha Tinggi dan bahkan yang memberikannya kedudukan dan pangkat yakni Allah swt.

Ketika merasa pintar, ia ingat ada  yang Maha Pintar dan yang telah memberinya kepintaran yaitu Allah. Dengan kesadaran dan keyakinan itu semua, lahirlah sikap rendah hati dan tidak sombong. Ketika dia sombong dengan apa yang dimilikinya, maka ini berarti ia telah melanggar sumpahnya dengan Allah tadi.

Mengapa yang diangkat mesti dua tangan, mengapa tidak satu tangan saja? Dua tangan adalah bukti bahwa sumpah dan janji yang disampaikan kepada Allah adalah sumpah dan janji secara total bukan setengah-setengah; segenap jiwa dan raga, lahir dan bathin. Tidak akan ada lagi sikap ambivalen, lain di mulut lain di hati. Tidak akan ada lagi bentuk hipokrit, munafik. Mengapa? Karena sumpah yang dilakukan dengan dua tangan. Bilangan dua adalah simbol kesempurnaan dan penyeluruhan. Umumnya hidup ini hanya terdiri dari dua hal; ada siang ada malam, ada lahir ada batin, ada jiwa ada raga, ada luar ada dalam dan seterusnya.

Demikian juga dengan gerakan-gerakan shalat lainnya, semuanya mempunyai makna dan arti yang harus digali dan diwujudkan dalam wujud sosial sehari-hari (untuk lebih jelas mengenai Filsafat gerakan shalat dapat dilihat dalam makalah penulis bertajuk: "Shalat dan Peranannya Dalam Kehidupan Sehari-Hari").

Itulah shalat yang dikehendaki oleh ajaran Islam, yakni shalat yang bukan semata ritual gerakan-gerakan, akan tetapi menerapkan makna dibalik gerakan-gerakan itu. Ketika keduanya sudah terwujud, maka itulah yang dikehendaki oleh Allah dengan mengatakan: "Sesungguhnya shalat (yang dikehendaki) itu yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar" (QS. Al-Ankabut: 45).

Penjelasan ayat tentang Isra' 

Sebagaimana telah disebutkan di atas, peristiwa Isra' Mi'raj ini di antaranya disampaikan oleh Allah dalam surat al-Isra' ayat 1:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (1)
Artinya: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS. Al-Isra' ayat 1).

Dalam ayat di atas, Allah memulai bahasan Isra' ini dengan perkataan: "Maha suci" (subhana). Perkataan 'mahasuci' ini mengisyaratkan dua hal. Pertama, bahwa kejadian Isra' Mi'raj adalah kejadian luar biasa yang tidak mungkin lahir semata dari kekuatan dan daya manusia. Tapi dari kekuatan yang Luar biasa yaitu dari Allah yang telah menciptakan manusia.

Bayangkan, perjalanan dari Masjidil Haram (Mekah) menuju Masjidil Aqsha (Palestina) yang apabila ditempuh dengan perjalanan biasa memakan waktu lebih dari satu bulan, ini dapat digapai hanya dalam satu sampai dua jam saja. Hal ini tentu tidak akan terjadi apabila bukan dari yang Maha, yakni dari Allah swt. Seolah Allah hendak mengatakan, bahwa ingatlah manusia, kekuatan dan kemampuan yang kalian miliki, belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan apa yang Aku (Allah) miliki. Karena itu tidak sepatutnya manusia untuk sombong di hadapan Allah.

Di samping itu, Allah juga hendak mengingatkan bahwa dalam kehidupan dunia ini, tidak semua dapat diukur oleh akal. Akal bukanlah penghukum segala hal, ia hanya pendukung saja apa yang datang dari Allah  swt. Ketika sesuatu datang dari Allah melalui wahyu, baik dapat diterima akal maupun tidak, tetap harus diterima. Sebab, sekali lagi akal bukanlah penentu dan penetap sesuatu. Karena tidak semua dapat ditangkap oleh akal inilah, maka manusia harus sadar bahwa agama Islam bukanlah agama yang harus disesuaikan dengan akal seluruhnya. Ada ruang-ruang dan bagian-bagian yang harus diterima dan dilaksanakan sekalipun tidak masuk akal, misalnya mengapa Dhuhur empat rakaat, mengapa mengusap sarung kaki hanya bagian atasnya saja, tidak termasuk bagian bawahnya, dan lain sebaginya. Semua yang tidak dapat diterima akal itu harus diterima sebagai panggilan keimanan, sebagaimana menyakini terjadinya peristiwa Isra' dari Makkah ke Palestina yang hanya ditempuh dalam durasi satu atau dua jam saja.

Kedua, perkataan 'mahasuci' juga mengisyaratkan bahwa apa yang akan disampaikan pada kalimat berikutnya adalah sesuatu yang agung dan hebat. Karena, tidaklah Allah memuji sendiri melainkan untuk hal yang luar biasa. Dalam al-Qur'an, hampir semua surat atau ayat yang diawali dengan perkataan 'subhana' menunjukkan bahwa berita yang akan disampaikan adalah berita agung dan hebat, bukan berita biasa.

Dalam surat Yasin ayat 36 misalnya dikatakan:
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ (36)
Artinya: "Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yasin: 36).

Apa berita yang luar biasanya? Yakni peristiwa Isra', yang diluar jangkauan akal manusia. Akal tidak akan menerima peristiwa tersebut, di sinilah diperlukan keimanan untuk meyakininya. Sekali lagi, ketika wahyu datang, baik masuk akal ataupun tidak, ia tetap harus diterima dan diyakini sekaligus dilaksanakan.

Petikan ayat berikutnya adalah: "yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha". Apabila dipahami secara benar, potongan ayat ini, hemat penulis, adalah jawaban sekaligus rasionalitas peristiwa Isra' Mi'raj. Apakah peristiwa Isra' Mi'raj secara umum betul-betul tidak masuk akal? Potongan ayat ini mencoba menjawabnya. Bahwa, sesungguhnya peristiwa Isra' Mi'raj dapat diterima akal secara analogi. Satu hal yang perlu digarisbawahi, bahwa dalam ayat tersebut Allah menggunakan  fi'il muta'adi (transitif) yaitu kata: 'asra' (yang menjalankan), bukan fi'il lazim (intransitif) 'sara' (berjalan sendiri). Dengan demikian peristiwa Isra' Mi'raj bukan Rasulullah saw yang berjalan sendiri akan tetapi beliau dijalankan oleh Allah. Hakikatnya, Allahlah yang menjalankan dan menyampaikan Rasulullah saw dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan terus ke langit dalam waktu kurang dari satu malam.

Penulis mencoba memberikan satu ilustrasi mudah bagi para pembaca. Berapa waktu yang diperlukan oleh jarum jam apabila dari angka 12 hendak sampai ke angka 12 lagi? Tentu jawabannya, membutuhkan waktu 12 jam. Apabila penulis sampaikan, jarum jam dapat bergerak dari angka 12 ke angka 12 lagi dalam hitungan tidak lebih dari 4 detik. Apakah anda akan percaya? Tentu harus. Hitungan membutuhkan waktu dua belas jam itu, apabila yang berjalannya adalah jarum jam sendiri, tidak dijalankan. Namun, apabila penulis yang memutarnya sendiri, tentu tidak membutuhkan waktu lama, hanya dalam hitungan detik saja. Mengapa? Sekali lagi, karena kini jarum jam bukan jalan sendiri tapi dijalankan oleh saya. Demikian juga dengan Isra' Mi'raj. Apabila yang berjalannya adalah Rasulullah saw sendiri, tentu tidak masuk akal perjalanan Isra' Mi'raj hanya dalam waktu kurang dari satu malam.. Namun apabila Allah yang menjalankannya, apakah tetap tidak mungkin? Tentu tidak, karena sebagaimana jarum jam tadi dapat bergerak ke angka sebelumnya hanya dalam hitungan detik saja, manakala digerakkan dan dijalankan oleh orang lain.

Ilustrasi kedua yang hendak penulis sampaikan, apabila ada orang berkata: "Lalat dapat terbang dari Jakarta ke Malaysia dalam waktu hanya 2 jam", apakah anda akan menerimanya? Tentu anda tidak akan menerimanya. Bagaimana mungkin lalat yang malas terbang bisa sampai ke Malaysia hanya dalam waktu dua jam? Pernyataan tersebut tentu apabila lalat tersebut berjalan sendiri. Namun, apabila lalat tersebut menempel di baju atau barang salah seorang penumpang pesawat jurusan Jakarta Malaysia, apakah lalat masih tidak dapat sampai di Malaysia dalam waktu dua jam? Tentu tidak. Lalat tersebut akan sampai di Malaysia dalam waktu dua jam seiring dengan turunnya dan sampainya penumpang yang ditungganginya. Mengapa? Karena kini lalat bukan jalan sendiri, tapi dijalankan oleh hal lain yang dalam hal ini oleh pesawat dan orang yang dihinggapinya. Jadi sekali lagi, dengan memahami kata 'asra' (menjalankan), peristiwa Isra' Mi'raj dapat dicerna dengan baik oleh akal sekalipun.

Lalu apa sesungguhnya tujuan dari Isra' Mi'raj tersebut? Ayat di atas memberikan di antara tujuan tersebut yakni 'untuk menunjukkan  di antara tanda-tanda kekuasaan Allah'. Seolah Allah hendak mengatakan, bahwa apabila Allah berkehendak apa saja, maka akan terwujud dan terlaksana. Di samping itu, bahwa kekuasaan dan kegagahan Allah tidak mungkin ada yang menandinginya satu pun. Karena itu, kekuatan akal harus tunduk dan berada di bawah wahyu, karena hakikatnya akal itu terbatas dan lemah.

Di akhir ayat Allah mengakhirinya dengan perkataan: "Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Pertanyaannya, mengapa Allah mengakhiri ayat Isra' ini dengan paragraf di atas, Maha mendengar dan Maha Mengetahui? Mengapa Allah tidak mengatakan misalnya: "Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu", atau "Maha Kasih dan Maha Sayang"?.
Jawabannya adalah karena setelah meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah, orang kafir Quraish makin berani mengganggu dan menyakiti Rasulullah saw. Semua tuduhan, hinaan, siksaan, pelecehan, embargo, upaya pembunuhan  yang dilakukan oleh Kafir Quraisy, Allah telah mendengar dan telah mengetahuinya. Karena itu Allah mengatakan di akhir ayat tersebut, sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Wallahu a'lam.

Beberapa pelajaran (hikmah) yang dapat dipetik dari peristiwa Isra' Mi'raj

Di antara pelajaran  yang dapat ditarik dari peristiwa Isra' Mi'raj ini adalah:
1.Peristiwa Isra' Mi'raj adalah di antara upaya menghibur Rasulullah saw yang sedang sedih setelah ditinggal  pamannya, Abu Thalib, dan isterinya, Siti Khadijah.
2.Peristiwa Isra' Mi'raj juga menunjukkan bahwa sesungguhnya kemampuan dan kekuasaan manusia ini apabila dibandingkan dengan kekuasaan Allah, tidak ada apa-apanya. Kekuasaan yang Super Hebat hanyalah Kekuasaan Allah swt
3.Akal bukanlah satu-satunya parameter hidup. Banyak hal yang berada di luar jangkauan akal. Karena itu, akal harus tunduk di bawah wahyu. Selama ada wahyu, baik masuk akal ataupun tidak, tetap harus diterima, diyakini dan diamalkan.
4.Tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk berbuat apa saja. Menggerakkan dan menjalankan orang dari waktu yang seharusnya lama menjadi sangat singkat, adalah sesuatu yang mudah. Demikian juga hal lainnya. Bukan hal yang sulit bagi Allah untuk membuat orang miskin menjadi orang kaya dalam waktu singat, sebaliknya, sangat mudah bagi Allah untuk menjadikan orang sangat kaya menjadi orang yang sangat miskin dalam hitungan jari. Karena itu, tidak pantas manusia sombong dan menyombongkan apa yang dimilikinya, karena semua itu hanyalah amanah dan sementara saja.
5.Setiap muslim dan manusia tidak bisa hanya menyerahkan diri begitu saja kepada Allah secara pasrah tanpa ada usaha atau sebab. Tawakkal bukan berarti berserah diri saja, bukan berarti berdoa saja, akan tetapi juga perlu ada usaha nyata. Lakukan dan laksanakan seluruh usaha tersebut dengan tidak lupa berdoa. Ketika semuanya sudah serba mentok, baru di sanalah saatnya berserah diri kepada Allah. Dan Allah tentu akan memberikan yang terbaik bagi yang bersangkutan.
6.Shalat sangat urgen peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena hanya shalat yang Allah turunkan langsung  kepada Nabi Muhammad saw, tanpa melalui pelantara Jibril. Oleh karena itu menjaga dan memelihara shalat, baik wajib atau sunnat, adalah kewajiban dan keharusan bagi seorang muslim. Dengan shalat, seorang muslim dapat naik derajat dan kedudukannya di hadapan Allah. Karena itu, Rasulullah saw mengatakan: "Shalat itu adalah Mi'rajnya orang mukmin". Wallahu a'lam bis shawab.
Katamea, 31 Agustus 2006 pukul 12.00 siang hari
Email penulis: aepmesir@yahoo.com

DAFTAR BACAAN
1.Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalany, al-Isra' wal Mi'raj, Darul Hadits, Kairo, 2002.
2.Imam as-Suyuthi, al-Isra' wal Mi'raj, Darul Hadits, Kairo, 2002.
3.Syaikh Muhammad Mutawalli Sya'rawi, al-Isra' wal Mi'raj, Darul Muslim, Kairo, t.th.
4.Imam Bukhari, Muslim, Qurthubi, Ibn Katsir dan Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Shahih al-Isra' wal Mi'raj, Maktabah al-Qudsy, Kairo, 2000.
5.Syaikh Syu'aib bin Sa'ad bin Abdul Kafi, ar-Raudh al-Faiq fil Mawa'izh war Raqaiq, Maktabah Taufiqiyyah, Kairo, t.th.
6.Ahmad Farid, Waqafaat Tarbawiyyah Ma'as Sirah an Nabawiyyah, Maktabah Taufiqiyyah, Kairo, T.th.
7.Abdurrahman bin Abdus Salam ash-Shafuri asy-Syafi'i, Nuzhatul Majalis wa Muntakhab an-Nafais, Maktabah Taufiqiyyah, Kairo, T.th.
8.Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zadul Ma'ad Fi Hadyi Khairil 'Ibad, Maktabah Taufiqiyyah, Kairo, T.th.
9.Muhyiddin ath-Tha'mi, al-Isra' wal Mi'raj Lil Imam Ibn Abbas, Dar ar-Raudah, Kairo, t.th.
10.Khalid Sayyid Ali, al-Isrâ wal Mi'râj: Mu'jizah wa Haqâiq, Asrâr wa Fawâid, Al-Yamamah, Beirut dan maktabah at-Turats Wal Iman, Kuwait, Cetakan Kedua, 2001.
11.Imam Muhammad bin Yusuf ash-Shâlihi asy-Syâmi, al-Isrâ wal Mi'râj (Khulâshah al-Fadhl al-Fâiq Fî Mi'râj Khairil Khâliq), Dar Ibn Hazm, Beirut, Cetakan Kedua, 2005.