Sunday, July 31, 2011

Jadwal Imsakiyah Taipei by FORMMIT

IDUL FITRI, Kembali Kepada Fitroh…

Bagi masyarakat muslim Indonesia Idul Fitri sangat identik dengan mudik, silaturrahim, halal bihalal, baju baru, dan segala sesuatu yang baru sebagai wujud ungkapan kegembiraan akan datangnya hari raya. Momen Idul Fitri ini juga menjadi momen yang sangat fenomenal yang terjadi setiap tahun bahkan diperingati sebagai libur nasional yang paling panjang, melebihi libur Imlek yang menjadi libur nasional bagi masyarakat China. Salah satu hal yang menarik adalah pada saat Idul Fitri, perputaran uang terjadi dalam skala besar terutama pengiriman uang atau remitansi dari para TKI yang pada bulan September 2010 saja mencapai 5,03 miliar dolar AS atau sekitar Rp45,27 triliun. Pengiriman uang TKI tersebut sekaligus memberikan multiplier effect ekonomi di Indonesia (Sumber: Website Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jatim). Namun, disela-sela kegembiraan tersebut ada satu harapan yang lebih besar yakni meraih kemenangan di hari raya yang disebut Idul Fitri.
        Idul Fitri yang artinya Hari Raya Fitri pada dasarnya adalah saat dimana manusia dikembalikan dalam keadaan fitroh (tanpa dosa) setelah mengalami proses “peleburan” dosa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan, dimana manusia pada saat itu bagaikan bayi yang baru lahir yang memegang sebuah “Primordial Agreement” (Perjanjian Primordial) antara makhluq dengan Sang Khaliq sebagaimana Allah SWT firmankan dalam Alqur’an: "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”)". (al-A’raf  7 :172)
        Namun, tidak semua orang mendapat fasilitas ”peleburan” dosa semacam itu, karena ada banyak orang yang melakukan amal ibadah dibulan Ramadhan namun tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan dahaga serta rasa capek saja, sebagaimana Rasulullah SAW sampaikan dalam sebuah hadist:
“Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan dahaga, dan berapa banyak orang sholat di tengah malam tidak mendapatkan apa-apa selain letih” (HR. Nasa’i). Nah Tentu saja, hanya orang-orang yang sungguh-sungguh atas dasar iman dan ikhlas karena Allah SWT dalam melaksanakan berbagai amalan selama bulan Ramadhan yang akan mendapatkan pengampunan sebagaimana Rasulullah SAW Sampaikan: "Barangsiapa shaum Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang sekarang." (HR.Bukhari dan Muslim).  Selain itu juga dari Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : ”Barangsiapa melaksanakan Qiyam ramadhan (tarawih) karena Allah dan mencari pahala dari Allah akan diampuni dosanya yang telah lalu".
        Sungguh beruntung orang yang pada hari itu telah mendapat ampunan dari Allah SWT atas amal usahanya sebulan lamanya dalam menahan hawa nafsu guna memenuhi panggilan-Nya. Tidak hanya itu, ada keutamaan lain yang diberikan kepada orang yang sungguh-sungguh dalam mengerjakan amalan dibulan ramadhan, yakni syafaat pada hari kiamat kelak. Rasulullah.saw bersabda : “Puasa dan Al-Qur'an akan memberi syafaat bagi hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, 'Ya Rabbi, aku mencegahnya makanan dan syahwat, maka berilah aku syafaat karenanya.' Al-Qur'an berkata, 'Aku mencegahnya tidur pada malam hari, maka berilah aku syafaat karenanya'. Beliau bersabda, 'Maka keduanya diberi syafaat',”(HR Ahmad)
       
        Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kita mendapatkan kemenangan yang hakiki di hari raya fitri terebut, antara lain:
1.         Raja’, berharap hanya kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar dosa-dosa kita yang telah lalu diampuni dan berharap agar kita dipertemukan kembali dengan ramadhan yang akan datang.
2.         Muhasabah, melakukan evaluasi diri terhadap segala amal yang telah kita kerjakan selama bulan Ramadhan, sudahkan sesuai dengan apa yang telah disyari’atkan oleh Allah dan rasul-Nya. Berapa banyak amal yang kita lakukan namun sia-sia.
3.         Istiqomah, mempertahankan dan meningkatkan amal yang telah kita lakukan selama ramadhan

Saturday, July 30, 2011

Semangat IDUL FITRI, Sebagai Titik Tolak Perbaikan Diri

Sudah menjadi kodrat (karakter fitriyah) manusia bahwa ia senantiasa ingin menjadi lebih baik. Tidak satupun manusia yang waras akal sehatnya jika ditanya kelak ingin bahagia (sukses) atau celaka lantas kemudian menjawab ingin celaka (sengsara) atau misalnya bila ditanya apakah kelak ingin masuk surga atau neraka lalu menjawab ingin masuk neraka. Hanya iblis dan kawan-kawannya yang merelakan waktu sepanjang hayatnya untuk ditukar dengan kesengsaraan dengan masuk neraka di hari akhir kelak, naudzubillahi mindzalik !!.
Oleh karena itu, seorang muslim/musilmah seyogyanya memiliki target-target hidup yang jelas untuk meraih kesuksesan, baik sukses hidup didunia terlebih lagi sukses di akherat kelak. Target tersebut dapat bersifat jangka pendek, menengah atau jangka panjang. Sangat menarik sekali ketika ternyata sejak beberapa abad yang lalu Rasulullah SAW telah secara implisit menanamkan sebuah konsep motivasi bagi kaum muslimin untuk meraih target baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin sesungguhnya dia telah beruntung, barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka sesungguhnya ia telah merugi. Dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka sesungguhnya ia terlaknat.'' (HR Dailami).  Demikian pula sholat sebagai salah satu washilah pertolongan untuk meraih kesuksesan (QS 2: 45, 153) memberikan fadhilah yang dapat membersihkan dari “dosa” (dalam konteks kehidupan sebagai penyebab kegagalan, lihat QS 20:14, 124) antara jumat ke jumat (sebagai target mingguan) dan antara ramadhan ke ramadhan (target tahunan) sebagaimana termaktub dalam HR Muslim shalat lima waktu, dari Jumat ke Jumat berikutnya, dari Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa di antaranya, apabila ditinggalkan dosa-dosa besar”.
        Idul fitri merupakan kondisi dimana ketika ramadhan manusia mengalami penggemblengan diri untuk menjadi orang yang memiliki modal suskes jangka tahunan, lalu kemudian memasuki sebuah fasa baru yang disebut kembali ke fitroh (karena dosa-dosa yang lalu telah diampuni oleh Allah SWT) sebagaimana Rasulullah SAW sabdakan: "Barangsiapa shaum Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang sekarang." (HR.Bukhari dan Muslim) sebagai titik tolak perubahan guna meraih sukses jangka panjang yang lebih hakiki yakni taqwa (sebagaimana ditetapkannya tujuan puasa bagi orang-orang yang beriman, yakni agar bertaqwa (QS 2:183), sekarang hingga akhir hayat. Karena tidak mungkin target taqwa yang dimasud disini adalah taqwa yang temporal hanya saat puasa saja, tapi melainkan taqwa yang istiqomah hingga akhir hayat, bahkan kita “dilarang mati” keduali dalam keadaan “berserah diri” atau dengan bahasa yang lebih tepat “memegang teguh ketaqwaan” tersebut (QS. Ali Imran: 102)). Dengan demikian semangat idul fitri ini akan menghantarkan manusia pada milestone baru untuk kedepannya bisa membuat tren perbaikan diri menjadi meningkat.
Alangkah sia-sianya, ketika seseorang telah meraih modal kesuksesan jangka pendek kemudian modal itu habis ditengah jalan sehingga harus mengulangi lagi, begitu dan begitu terus tiap tahunnya, sehingga tidak memiliki tren investasi modal yang meningkat guna mencapai kesuksesan jangka panjang.
        Demikian halnya dengan kebiasaan kita ketika menghadapi Idul Fitri, betapa sia-sianya setelah satu bulan penuh kita menggembleng diri, menahan lapar dan dahaga, menahan kantuk, mengabaikan rasa letih dan capek guna melaksanakan ibadah bulan romadhon hingga kemudian meraih kemenangan di hari raya fitri. Tapi, pasca idul fitri kita kembali mengalami kemerosotan amal, kehilangan istiqomah, lebih bahaya lagi kita kehilangan semangat untuk berdakwah dan kemerosotan akhlaq serta akidah, naudzubillah.
Ada beberapa pertanyaan yang mungkin dapat kita renungkan ketika telah sukses melewati bulan ramadhan dan memasuki idul fitri: DIMANA SHOLAT LAIL KITA?, DIMANA TADARRUS KITA? DIMANA AMAL JARIAH KITA? DIMANA SENYUM dan KEMAMPUAN KITA MENAHAN AMARAH? Yang telah kita pupuk selama ramadhan?? Seolah olah mereka tiba-tiba pergi begitu saja, kita jadi malas lagi tadarrus, kita jadi ogah lagi sholat lail, kita jadi enggan lagi bershodaqoh, kita jadi susah senyum dan mudah marah lagi (meskipun dalam konteks kehidupan kita, hal ini tidaklah naif-naif amat, karena sifat fitriyah manusia juga yang mengalami peningkatan dan penurunan keimanan, dan setidaknya kita juga telah beruntung telah mendapatkan pengampunan Allah, apalagi jika mendapatkan lailatul qadar, kita telah mendapatkan tabungan amal hingga 83,3 tahun kedepan, tapi apakah itu esensinya??). Seharusnya tidak demikian, sebagaimana yang Rasulluah pesankan, secara implisit kita harus memiliki target-target tahunan, dimana tahun ini harus lebih baik dari tahun yang lalu dan seterusnya. Sehingga tidak terjadi pengulangan dan bahkan stagnasi amal. Model seperti ini disindir oleh Allah SWT dengan gaya bahasa yang luar biasa didalam Alqur’an surat An-nahl 92 Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali...”. Lalu kemudian ia memulailah lagi untuk memintal benangnya dan diurai lagi dan seterusnya. Kapan akan terbentuk kain pintalan yang indah?? Semoga Allah SWT mengampuni dan memaafkan kesalahan kita, dan kita dapat segera menyelesaikan pintalan itu dengan sebaik baiknya tidak seperti wanita yang digambarkan dalam surat An-Nahl tersebut. Karenanya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kita mendapatkan kemenangan yang hakiki di hari raya fitri terebut, antara lain:
  1. Raja’, berharap hanya kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar dosa-dosa kita yang telah lalu diampuni dan berharap agar kita dipertemukan kembali dengan ramadhan yang akan datang.
  2. Muhasabah, melakukan evaluasi diri terhadap segala amal yang telah kita kerjakan selama bulan Ramadhan, sudahkah sesuai dengan apa yang telah disyari’atkan oleh Allah dan rasul-Nya. Berapa banyak amal yang kita lakukan namun sia-sia.        
  3. Istiqomah, mempertahankan amal yang telah kita lakukan selama ramadhan dan meningkatkannya pasca ramadhan yang dimulai sejak Idul Fitri sebagai titik tolaknya.


Wallahu a’lamu bish-showab.