Tuesday, December 28, 2010

Resident Visa for Family to Taiwan

Syarat wajib:

  1. Suami/istri harus sudah pernah tinggal di Taiwan minimal selama 1 tahun.
  2. ARC suami/istri masih berlaku untuk 6 bulan kedepan.
  3. Pasport suami dan istri masih berlaku untuk 1 tahun kedepan.
Dokumen yang perlu disiapkan:
1. Legalisasi Surat Akte Nikah
Terjemahkan ke dalam bahasa Ingggris (bila surat akte nikah belum memakai 2 bahasa)
  • legalisir fotokopi buku nikah ke kantor KUA –> legalisir ke Departemen Agama RI –> legalisasi ke Departemen Hukum dan HAM RI –> legalisasi ke Departemen Luar Negeri RI –> legalisasi ke TETO.
    (Catatan: bawalah Akte Nikah suami dan istri asli)
2. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari Mabes POLRI(untuk istri/suami yang diajak)
  • Urus surat pengantar dari RT–>RW–>Kelurahan–>Kecamatan–> POLSEK–> POLRES–> POLDA –> Mabes POLRI
  • Legalisasi SKCK asli ke Departemen Hukum dan HAM RI –> legalisasi ke Departemen Luar Negeri RI –> legalisasi ke TETO.
    (Catatan: bawalah KTP suami/istri, KK, ijazah/akte kelahiran, pas photo)
3. Surat Kesehatan dari Klinik/Rumah Sakit yang ditunjuk TETO(untuk istri/suami dan anak yang diajak)
Baca: http://www.teto. or.id/attach/ list_rumah_ sakit.pdf
Surat tersebut yang asli (bukan fotokopi) kemudian dilegalisasi (didaftarkan/registered) ke Notaris –> legalisasi ke TETO
4. Legalisasi Akte Kelahiran Anak (bila bawa anak)
Terjemahkan ke dalam bahasa Inggris (bila surat akte kelahiran belum memakai 2 bahasa)
  • Legalisasi fotokopi akte kelahiran ke Notaris (True Copy) –> legalisasi ke Departemen Hukum dan HAM RI –> legalisasi ke Departemen Luar Negeri RI –> legalisasi ke TETO
(Catatan: bawalah akte kelahiran asli)
5.  Legalisasi Surat Keterangan Daftar Imunisasi Anak dari Rumah Sakit (bila membawa anak)

  • Minta daftar riwayat imunisasi lengkap anak dari rumah sakit (dalam bahasa inggris)
  • Legalisasi fotokopi surat keterangan imunisasi ke Notaris (True Copy) –>  legalisasi ke Departemen Hukum dan HAM RI –> legalisasi ke Departemen Luar Negeri RI –> legalisasi ke TETO
5.      Pasport asli dan fotocopy suami dan istri
6.      ARC asli dan fotocopy suami/istri.
7.      Dokumen lain yang relevan seperti: KTP, KK, pas photo
Perkiraan Waktu :
  1. Legalisasi Notaris : 1-2 Jam
  2. SKCK di Polda dan Mabes POLRI : 3 Jam
  3. Legalisasi di Depag RI : 3 Jam
  4. Legalisasi di Dephum dan Ham RI : 2 hari kerja
  5. Legalisasi di Deplu RI : 3 hari
  6. Legalisasi di TETO : 1 pekan
  7. Visa : 3 hari

Sunday, December 26, 2010

Jauhi Prasangka dan permusuhan

Dari Abu Hurairah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث ولا تناجشوا ولا تحاسدوا ولا تباغضوا ولا تنافسوا ولا تدابروا وكونوا عباد الله إخوانا
'Jauhilah berprasangka, karena berprasangka itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah jual beli dengan penipuan, janganlah saling iri hati, janganlah saling membenci, janganlah ingin menang sendiri, dan janganlah saling memutuskan hubungan. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara."

Shahih, di dalam kitab Ghayatul Maram (417). [Bukhari, 78-Kitab Al Adah, 57- Bab Ma Yunha minat-Tahasudi wat-Tadaburi. Muslim, 45-Kitab Al Birru wash-Shilatu wal-Adab, hadits 28].
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

تفتح أبواب الجنة يوم الإثنين ويوم الخميس فيغفر لكل عبد لا يشرك بالله شيئا إلا رجل كانت بينه وبين أخيه شحناء فيقال انظروا هذين حتى يصطلحا

"Pintu-pintu surga dibuka pada hari senin dan kamis, lalu setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun diampuni (dosanya), kecuali seseorang yang antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan.
Lalu dikatakan, 'Tangguhkanlah dua orang ini sehingga keduanya berdamai.'"

Shahih, di dalam kitab Al-Irwa (948/949): [Muslim, 45- Kitab Al Birru wash-Shilatu wal Adabu, hadits 35].

Do'a mustajab sang IBU.....!

Semoga 2 penggal hadist berikut kembali mengingatkan kita akan kemustajaban do'a ibu. Lalu kita dapat mengambil hikmah atasnya, bahwa, hendaknya berbuat baik kepada ibu (kedua orang tua kita) dan ketika kita sudah sampai pada posisi sebagai orang tua, maka sudah seharusnya kita mendo'akan kesuksesan untuk anak-anak kita dunia wal akhirat.
Dari Abu Hurairah, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

٢٥/٣٣   مَا تَكَلَّمَ مَوْلُوْدٌ مِنَ النَّاسِ فِي مَهْدِ اِلاَّ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ وَصَاحِبُ جُرَيْجٍ، قِيْلَ: يَا نّبِيَّ اللهُ! وَمَا صَاحِبُ جُرَيْجٍ؟ قَالَ: فَإِنَّ جُرَيْجًا كَانَ رَجُلاً رَاهِبًا فِي صُوْمِعَةٍ لَهُ، وَكَانَ رَاعِى بَقَرٍ يَأْوِي إِلَى أَسْفَلَ صَوْمعَتِهِ وَكَانَتِ امْرَأَةٌ مِنْ أَهْلِ الْقَرْيَةَ تَخْتَلِفُ إِلَى الرَّاعِى فَأَتَتْ أُمُّهُ يَوْمًا فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ وَهُوَ يُصَلِّى، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ، وَهُوَ يُصَلَّى: أُمِّى وَصَلاَتِى؟ فَرَأَى أَنْ يُؤَثِّرَ صَلاَتَهُ، ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَّانِيَةُ، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ: أُمِّى وَصَلاَتِى؟ فَرَأَى أَنْ يُؤَثَّرَ صَلاَتَهُ ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَّالِثَةُ فَقَالَ: أُمِّى وَصَلاَتِى؟ فَرَأَى أَنْ يُؤَثِّرُ صَلاَتَهُ فَلَمَّا لَمْ يُجِبْهَا قَالَتْ: لاً أمًاتًكً اللهٌ يًا جٌرًيْجُ حَتَّى تَنْظُرَ فِي وَجْهِ الْمَوْمِسَاتِ ثُمَّ انْصَرَفَتْ .
فَأُتِىَ الْمَلِكُ بِتِلْكَ الْمَرْأَةِ وَلَدَتْ فَقَالَ: مِمَّنْ؟ قَالَتْ: مِنْ جُرَيْجٍ، قَالَ: أَصَاحِبُ الصُّومِعَةِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، قَالَ: اهْدُمُوْا صُوْمَعَتَهُ وَأُتُوْنِي بِهِ، فَضَرَبُوْا صُوْمَعَتَهُ بِالْفُئُوْسِ حَتَّى وَقَعَتْ. فَجَعَلُوْا يَدَهُ إِلَى عُنُقِهِ بِحَبْلٍﻧ ثُمَّ انْطَلَقَ بِهِ، فَمَرَّ بِهِ عَلَى الْمُوْمِسَاتَ فَرَآهُنَّ فَتَبَسَّمَ، وَهُنَّ يَنْظُرْنَ إِلَيْهِ فِي النَّاسِ، فَقَالَ الْمَلِكُ: مَا تَزْعُمُ هَذِهِ؟ قَالَ: مَا تَزْعُمُ؟ قَالَ: تَزْعُمُ أَنْ وَلَدُهَا مِنْكَ، قَالَ: أَنْتَ تَزْعُمَيْنَ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، قَالَ: أَيْنَ هَذَا الصَّغِيْرُ؟ قَالُوْا هُوَ ذَا فِي حَجْرِهَا، فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ فَقَالَ: مَنْ أَبُْوكَ؟ قَالَ: رَاعِي الْبَقَرِ، قَالَ الْمَلِكُ: أَنَجْعَلُ صُوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبَ؟ قَالَ: لاَ، قَالَ: مِنْ فِضَّةٍ؟ قَالَ: لاَ، قَالَ: فَمَا نَجْعَلُهَا؟ قَالَ: رُدُّوْهَا كَمَا كَانَتْ، قَالَ: فَمَا الَّذِي تَبَسَّمْتَ؟ قَالَ: أَمْرًا عَرَفْتُهُ، أَدْرَكَتْنِى دَعْوَةُ أُمِّى ثُمَّ أُخْبِرُهُمْ .  
'Tidak ada seorang bayi yang dapat bicara di dalam ayunan (buaian) (ibunya) kecuali Isa ibnu Maryam 'alaihissalam dan bayi (dalam cerita) Juraij.' Ditanyakan, 'Wahai Nabi Allah, bagaimana (cerita tentang) Juraij?' Nabi menjawab, 'Sesungguhnya Juraij adalah seorang yang selalu beribadah di dalam tempat ibadah miliknya. Ada seorang penggembala sapi yang tinggal di bawah tempat ibadahnya dan ada seorang perempuan dari penduduk desa berzina dengan penggembala sapi tersebut. Suatu hari ibu Juraij mendatangi Juraij yang sedang beribadah, lalu memanggilnya, 'Wahai Jurai!', sementara dia sedang beribadah, maka terdetik dalam hatinya, 'Ibuku atau shalatku?' Dia lebih mengutamakan shalatnya. Kemudian ibunya memanggilnya untuk kedua kalinya, lalu dia berkata dalam hatinya, 'Ibuku atau shalatku?' Dia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggilnya untuk yang ketiga kalinya. Juraij berkata dalam hatinya, 'Ibuku atau shalatku?,' Dia mengutamakan shalatnya. Tatkala Juraij tidak menjawabnya, (sambil marah) ibunya berdoa, 'Mudah-mudahan Allah tidak mematikanmu, wahai Juraij! Kecuali engkau melihat wajah perempuan-perempuan pelacur' kemudian ibunya pergi. Tiba-tiba seorang wanita yang melahirkan seorang bayi (hasil perzinahan) di hadapkan kepada seorang raja. Lalu raja tersebut bertanya, 'Siapa yang menghamilimu?,' Wanita tersebut menjawab, 'Dari Juraij.' Raja bertanya, 'Pemilik tempat ibadah itu?' Wanita itu menjawab, 'Ya.' Lalu raja memberikan perintah, 'Rubuhkan (tempat ibadahnya) dan datangkan Juraij kepadaku.' Lalu mereka (masyarakat) menghancurkan tempat ibadah tersebut dengan martil (kapak) yang beraneka ragam sampai roboh. Kemudian mereka mengikat tangan Juraij sampai lehernya dan diseret (menghadap raja) melewati para wanita pelacur dan dia tersenyum, para pelacur tersebut diperlihatkan kepadanya ditengah orang ramai. Lalu sang raja berkata, 'Apa yang mereka tuduhkan (kepadamu)?,' dia menjawab, 'Apa yang dituduhkan oleh mereka (terhadapku)?,' sang raja berkata, 'Dia menuduhmu bahwa anaknya ini dari mu!,' Juraij berkata, 'Kamu menuduh demikian?,' wanita itu menjawab, 'Ya.' Juraij berkata, 'Di mana bayi itu?,' mereka menjawab, 'Itu, yang ada dipangkuannya!,' lalu Juraij menghampiri bayi itu, seraya bertanya, 'Siapa bapakmu?/ Bayi itu menjawab, 'Penggembala sapi.' Maka kemudian sang raja berkata, 'Apakah kami membangun (kembali) tempat ibadahmu dari emas?,' Juraij menjawab, "Tidak," sang raja berkata, "Dari perak?," Juraij menjawab, "Tidak," sang raja berkata, "Lalu apa yang bisa kami jadikan untuk mengganti tempat ibadahmu itu?," Juraij menjawab, "Kembalikan tempat ibadah itu seperti semula." Sang raja bertanya, "Apa yang membuat engkau tersenyum?," Juraij menjawab, "Tentang satu hal yang sudah aku ketahui bahwa aku terkena akibat dari doa ibu saya, lalu saya menceritakannya kepada mereka'."

Shahih, (Bukhari, 60-Kitab Al Anbiya^u, 48- bab (Wadzkur fi Kitabi Maryama) (Qs. Maryam (19): 16), Muslim 45- Kitab Al Birru ivash-Shilatu wal Adab, hadits 7,8).

Dari Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

  ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ المسَّافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلَى وَلَدِهِمَا.   


"Ada tiga doa yang tidak diragukan kemustajabannya, yaitu, doa orang yang dizhalimi (dianiaya), doa orang musafir, dan doa kedua orang tua kepada anaknya."

Hasan, di dalam kitab Ash-Shahihah (598), (Abu Daud: 8-Kitab Ash-Shalat, 29- Bab Ad-Doa’u Bizhahril GhaibiAt-Tirmidzi, 25- Kitab Al Birru wash-Shilah, 7- Bab Ma Ja^afi Da'watil WalidainiIbnu Majah: 34- Kitab Doa\ 11- Bab Da’watul-Walid Da'watul Mazhlumhadits 3862).

10 KARAKTER SOSOK MUSLIM SEJATI

1. Salimul Aqidah
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.
2. Shahihul Ibadah
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ‘shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).
4. Qowiyyul Jismi
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).
5. Mutsaqqoful Fikri
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).
6. Mujahadatun Linafsihi
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
7. Harishun ‘ala Waqtihi
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan:
‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’ Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syu’unihi
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
9. Qodirun ‘alal Kasbi
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.
10. Naafi’un Lighoirihi
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir). Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.

RINDUKU DILANGITMU..........

Hari-hari kulalui tanpamu….
Terasa hampa bagai pantai tak berangin sepoi
Kutapaki detik-detik terjal waktuku....
Kurindui dirimu kasihku nan aduhai
Andai pagi tak berembun sejuk...
Biarlah malam hening membelai kalbu
Meski dikau jauh dari pelupuk
Bersua hati ini dalam munajat untukmu..
Istriku... ingatlah Allah selalu dalam hembusan nafasmu
Larutkan diriku dalam syahdu do’amu
InsyaAllah, bulir-bulir cinta kan memadu
Melingkup ruang dan waktu
Berderik ruas-ruas jemari meremas menahan gejolak rindu...
Tertengadah wajah memelas menggapai rindu....
Kering air mata terperas mengenang khilaf dalam rindu....
Rabbiii, sampaikan rinduku dilangitMu....
Untuk istriku...pujaan hatiku....

MARS FORMMIT .....by sigit

(1)     Kami hadir dibumi Formosa ini…
         Terpanggil untuk penuhi janji...
         Melaksanakan tugas suci...
         Dakwahkan Islam penuh damai...

(2)     Mari saudaraku kita rapatkan barisan
         Jalin ukhuwah singkirkan duri perpecahan
         Teguhkan iman siapkan perbekalan
         Kita jelang kejayaan Islam

(3)         Allahu Ghoyatuna....
Muhammad Uswatuna...
Al-Islam Dusturuna...
Al-Jihadu sabiiluna wa minhajul Hayya...

(4)         Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku...
Lillahi robbil ’alamiin
Luruskan niat teguhkan hati
Berjuang memakmurkan bumi ini

(5)         Jangan ragu, jangan bersedih tuk langkahkan kaki
Bergabung bersama kami dalam barisan FORMMIT
Sampaikan kebenaran keseluruh penjuru negeri ini
Terbarkan kasih-sayang ajaran Islam sejati
InsyaAllah pertolongan Allah akan menyertai

Berikhtiar menjemput Rizqi

Di saat mentari pagi menampakkan senyumnya di ujung timur, Umar bin Khathab masuk ke masjid. Dilihatnya ada seseorang sedang khusuk berdoa, menengadahkan kedua tangannya ke langit dengan suara agak keras dan diulang-ulang, ''Ya Allah, berilah hambamu ini rezeki yang melimpah.''
Umar mendekatinya seraya berkata dengan nada yang memendam kemarahan, ''Sungguh, engkau tahu bahwa langit tidak akan pernah menurunkan hujan emas ataupun perak!'' Kemudian, Umar menyuruh orang ini keluar dari masjid untuk bekerja di ladang atau di pasar.

IKHLAS tidak selalu berarti harus DISEMBUNYIKAN


Alhamdulillahi Robbil ‘Arsyil ‘Adhiim.....
Washsholatu wassalamu ’alaa Muhammad SAW wa ’alaa aalihiii wa ash-habihii ajma’iin....

Allah swt berfirman:
إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Baqarah: 271)
      Al-Qurthubi berkata: Sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat ini tentang shadaqah thathawwu’, sebab menyembunyikannya lebih baik daripada menampakkannya, begitu juga dengan ibadah-ibadah lainnya, menyembunyikan ibadah-ibadah sunnah lebih baik guna menghindarkan terjadinya riya’, bukan seperti ibadah-ibadah wajib”.[1]
Ibnu Katsir berkata: Ayat di atas adalah dalil yang menjelaskan bahwa dirahasiakannya shadaqah lebih afdhal daripada ditampakkan, sebab dia lebih jauh dari riya’, kecuali jika ada kemaslahatan yang lebih kuat, seperti adanya orang lain yang mengikuti perbuatannya, maka dia lebih baik dilihat dari sisi ini, jika tidak, maka yang lebih baik adalah merahasiakannya”.[2]
Perkara ini, memperlihatkan shadaqah, baik bagi orang yang keadaan keimanannya kuat, niatnya baik serta merasa aman dari riya’, adapun orang yang keadaannya di bawah ini  maka menyembunyikan ibadah baginya lebih baik”.[3]


Allah SWT berfirman:
 وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ
(Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir).
Ibnul Qoyyim berkata: Dan renungkanlah pada batasan yang disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam menyembunyikan shadaqah, yaitu dengan memberikannya kepada orang yang fakir saja, dan Dia tidak mengatakan:
 وَإِن تُخْفُوهَا فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ
(jika kalian menyembunyikannya maka itu lebih baik bagi kalian), sebab di antara shadaqah tersebut ada yang tidak bisa disembunyikan, seperti mempersiapkan tentara, membangun jembatan, mengalirkan sungai, menolong korban bencana alam, kerja bakti (bakti sosial),  atau yang lainnya. Adapun menyembunyikan shadaqah kepada orang-orang yang fakir berguna untuk menutupi penerima, tidak membuatnya malu di hadapan orang lain, dengan menempatkannya pada posisi yang mempermalukan pribadinya, dan menghindarkan prasangka bahwa orang yang menerima shadaqah adalah tangan di bawah, dan bahwa dia tidak memiliki apapun, maka dia zuhud dalam bertransaksi dan berjual beli, dan ini adalah bentuk kebaikan yang melebihi ukurannya, yaitu hanya dengan bersedekah yang dibarengi dengan keikhlasan…. Sampai akhir apa yang diucapkannya”.
Dan Nabi Muhammad SAW telah memuji orang yang mengeluarkan shadaqah secara rahasia dan memuji pelakunya, beliau memberitahukan bahwa dia adalah salah seorang dari tujuh golongan yang akan diberikan naungan oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari kiamat, oleh karena itulah Allah SWT menjadikannya sebagai kebaikan bagi orang yang menafkahkan hartanya dengan cara rahasia, beliau memberitahukan bahwa infaq tersebut sebagai penghapus bagi dosa-dosanya. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah baik perbuatan dan niat kalian sebab Dia Maha Mengetahui terahadap segala yang kalian perbuat. Dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi bersabda, “Tujuh golongan orang yang akan diberikan naungan oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari kiamat tidak ada naungan kecuali naungan Allah”…..di antara yang disebutkan adalah “seorang lelaki yang bersedeqah dengan sebuah sedeqah lalu dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah diinfaqkan oleh tangan kanannya”.[4]
Dan Nabi menyebutkan golongan lain yang berhak mendapat penghargaan, yaitu orang yang menyebut nama Allah pada waktu sendiri kemudian air matanya berlinang.
Dari Mu’adz RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur’an secara terang-terangan sama seperti orang yang bersedeqah secara terang-terangan, dan orang yang membaca Al-Qur’an secara rahasia sama seperti orang yang bersedeqah secara rahasia”.[5]
Dari Abdullah bin Ja’far bahwa Nabi bersabda, “Shadaqah yang dikerjakan secara rahasia akan memadamkan kemurkaan Allah”.[6]
Al-Iz bin Abdus Salam tentang keberagaman tingkatan nilai keutamaan dalam menyembunyikan dan menampakkan ketaatan: Jika dikatakan: Apakah menyembunyikan shadaqah lebih utama dari pada menampakkannya, sebab dengan cara demikian akan menjauhkan seseorang dari riya atau tidak?. Jawabannya adalah ketaatan itu terbagi atas tiga kelompok:
Pertama: Di antaranya ada ibadah yang pelaksanaannya disyari’atkan  secara terang-terangan, seperti azan, iqomah, takbir dan menjaharkan bacaan pada waktu shalat, khutbah-khutbah agama, amar ma’ruf nahi mungkar, mendirikan shalat jum’at dan shalat berjama’ah dan yang lainnya. Ibadah seperti ini tidak mungkin disembunyikan, dan jika orang yang melakukannya khawatir terhadap riya’ maka dia harus berusaha menolaknya sehingga keikhlasan menyertai niatnya, sehingga dia mengerjakannya dengan ikhlas sebagaimana yang diperintahkan, maka dengan demikain dia mendapatkan pahala atas perbuatannya dan pahala seorang yang bersungguh-sungguh karena terdapat kemaslahatan sosial.
Kedua: Ibadah yang jika dirahasiakan akan lebih baik daripada dikerjakan secara terang-terangan, seperti merahasiakan bacaan pada waktu shalat dan merahasiakan bacaannya, maka merahasiakan ibadah yang seperti ini lebih baik daripada mengerjakannya secara terang-terangan.
Ketiga: Ibadah yang terkadang dikerjakan secara terang-terangan atau dirahasiakan pada yang lain, seperti shadaqah, maka jika dia khawatir riya’ terhadap dirinya atau diketahui bahwa dia orang yang suka riya’ maka menyembunyikannya lebih baik daripada menampakkannya, berdasarkan firman Allah SWT:
وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ
(Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir) sampai akhir……”.[7]
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa sebaiknya bagi orang yang beriman untuk menyembunyikan amal shalehnya dari pandangan orang lain, kecuali amal yang disyari’atkan pengerjaannya secara terang-terangan, maka orang yang berbuat karena Allah maka amal ibadahnya tidak akan tersembunyi dari pandangan Allah, dan Dia akan memberikan balasan yang lebih baik baginya. Allah SWT berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu itu”, QS. Al-Taubah: 105
Dan hendaklah seorang hamba menyadari bahwa pandangan manusia terhadap amalnya tidak akan memberikan manfaat apapun bagi dirinya bahkan bisa memudharatkannya jika dia menyukai hal yang demikian itu.
Dan diantara petunjuk para salafus sholeh adalah menyembunyikan amal kebaikan mereka, hal tersebut karena kesempurnaan ikhlas mereka dan kebersihan niat mereka.
Abi Qotadah RA bahwa Nabi Muhammad berkata kepada Abu Bakar: Aku melewatimu dan engkau sedang shalat dan engkau merendahkan suaramu” Umar berkata: Aku telah memperdengarkan Zat yang aku bermunajat kepada-Nya wahai Rasulullah!.[8]
Disebutkan Al-Dzahabi di dalam kitab siar A’lamun Nubala’ bahwa Ali bin AL-Husain membawa roti pada waktu malam, dia memberikannya kepada orang miskin pada kegelapan malam, dan dia berkata: Sesungguhnya bersedeqah pada kegelapan malam akan memadamkan amarah Allah.
Muhammad bin Ishak berkata: Sebagian masyarakat Madinah hidup, namun mereka tidak mengetahui dari manakah sumber penghidupan mereka, lalu pada saat Ali bin Al-Husain meninggal maka mereka kehilangan apa yang telah mereka dapatkan pada waktu malam, maka sebagian mereka berkata: Kami tidak kehilangan shadaqah secara rahasia sehingga Ali meninggal.[9]
Dan disebutkan oleh Al-Mundzir bin Sa’id dari seorang budak wanita  milik Al-Rabi’ bahwa seseorang masuk ke dalam kamarnya dan di dalam kamar itu terdapat mushaf maka diapun menutupnya”.[10]
Disebutkan oleh Ibnul Jauzi bahwa Dawud bin Abi Hind berpuasa selama sepuluh tahun dan keluarganya tidak mengetahuinya, dia membawa bekal makan siangnya lalu keluar menuju pasar dan dia mensedekahkannya di jalan, orang-orang di pasar mengira kalau dia telah makan di rumah dan keluarganya di rumah mengira kalau dia telah makan di pasar.
Syafi’I rahimahullah berkata: Aku menginginkan jika manusia mempelajari ilmu ini dan mereka tidak menisbatkan apapun dari ilmu tersebut kepadaku”.[11]
Al-Hasan berkata: Sesungguhnya seseorang menghafal seluruh Al-Qur’an namun tidak seorangpun dari manusia mengetahui, terkadang seseorang memahami fiqih secara dalam namun tidak seorangpun menyadari (kalau dia memiliki kepahaman yang dalam), dan terkadang seseorang shalat dengan shalat yang panjang dan dia mempunyai tamu yang banyak namun mereka tidak mengetahui perbuatannya, aku telah hidup bersama kaum di mana tidaklah ada amal baik di muka bumi ini yang sanggup dikerjakan secara rahasia (maka mereka mengerjakannya secara rahasia) dan selamanya tidak menjadi amal yang dipertontonkan, dahulu kaum muslimin bersungguh-sungguh dalam berdo’a namun tidak terdengar dari mereka suara apapun, dia hanya bisikan antara dirinya dan Tuhannya, sebab Allah SWT berfirman:
ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. QS. Al-A’raf: 55
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.






[1] Tafsir Al-Qurthubi: 3/332
[2] Tafsir Ibnu Katsir: 1/322
[3] Tafsir Qurthubi: 3/333
[4] HR. Bukhari: 1/440 no: 1423 dan shahih Muslim: 2/715 no: 1031
[5] Sunan Abu Dawud: 2/38 no: 1333
[6] Al-Mu’ajmu Shagir li Tabrani 2/95 dan dishahihkan oleh Al-Bani di dalam shahihul jami’ no: 3759
[7] Qowa’idul Ahkam: 1/152
[8] Sunan Abu Dawud: 2/37 no: 1329
[9] Siar A’lamun Nubala’: 4/386
[10] Siar A’lmun Nubala’: 4/260
[11] Jami’ul ulum wal hikam: 1/310