Monday, August 6, 2012

BAHAYA DENGKI


Dengki (hasad) didefiniskan oleh para ulama sebagai:
“Menginginkan hilangnya kenikmatan dari pemiliknya, baik kenikmatan (yang berhubungan dengan) agama maupun dunia.”
‘Umar bin al-Khaththab RA berkata, “Cukup sebagai bukti si pendengki terhadapmu manakala ia merasa gundah di saat kamu bahagia.”
Allah Ta’ala berfirman di dalam sebagian Atsar Qudsi, “Si pendengki adalah musuh nikmat-Ku, merasa jengkel terhadap perbuatan-Ku dan tidak rela dengan pemberian-Ku.”

Jamaah yang dirahmati Allah, Apakah perasaan itu masih muncul dihati kita, mari beristigfar dan segara bertaubat.. agar jangan sampai kita menjadi orang yang merugi sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Sahabat Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Jauhilah olehmu perbuatan dengki. Sebab dengki bisa menghapus segala amal kebaikan sebagaimana api menyala yang menghabiskan kayu bakar." (HR. Abu Dawud).

Abi Hurairahra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Jauhilah olehmu berprasangka. Sebab berprasangka adalah sejelek-jelek pembicaraan. Janganlah kamu saling mencari kejelekan orang lain, janganlah saling bermegah-megahan, dan janganlah saling dengki mendengki. Janganlah saling mengumbar emosi, dan janganlah saling menjauhi. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersatu dan bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara, yang di antara mereka dilarang saling menganiaya, saling menghina, dan saling meremehkan. Taqwa adalah di sini (sambil Rasulullah memberi isyarah ke arah dada). Cukuplah seorang muslim dikatakan melakukan kejelekan apabila dia menghina sesama muslim. Seorang muslim dengan muslim lainnya haram (harus saling menjaga) darah, kehormatan, dan harta kekayaannya. Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk tubuh dan rupa serta perbuatan kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati kalian" (HR. Bukhari dan Muslim).
Ahli fiqih, Abu al-Laits as-Samarqandi rahimahullah berkata, “Lima perkara akan sampai kepada si pendengki sebelum kedengkiannya sampai kepada orang yang didengkinya; pertama, kegundahan yang tiada henti. Kedua, mendapat musibah yang tak berbuah pahala. Ketiga, celaan yang tak berujung pujian. Keempat, kemurkaan Rabb. Kelima, tertutupnya pintu taufiq baginya.
Dengki adalah salah satu sumber/penyebab perselisihan, pertengkaran, perpecahan hingga kerusakan ukhuwah. Dengki inilah yang menyebabkan qobil membunuh habil sebagaimana dikisahkan dalam Alqur’an Surat Almaidah 27-31, dengki ini pulalah yang menyebabkan Abdullah bin Ubay begitu angkuh dan tetap dalam kemunafikannya dan masih banyak lagi kehancuran tali persaudaraan dan ukhuwah yang disebabkan oleh dengki, oleh karena itu kita hendaklah:
1. Menjauhkan hati kita dari sifat iri dan dengki
2. Senantiasa meminta perlindungan kepada ALLAH SWT dari bahaya dengki yang ditimbulkan oleh orang lain, misalnya membiasakan membaca surat mu'awidzatain (Al-Falaq dan Annas).
Kisah 1.
Ada seorang Arab Badui menemui khalifah al-Mu’tashim, lalu ia diangkat olehnya menjadi orang dekat dan orang kepercayaannya.
Sang khalifah memiliki seorang menteri yang memiliki sifat dengki. Melihat kepercayaan yang sedemikian besar diberikan sang khalifah kepada orang Arab Badui itu, ia cemburu dan dengki terhadapnya. Di dalam hatinya ia berkata, “Kalau aku tidak membunuh si badui ini, kelak ia bisa mengambil hati sang Amirul Mukminin dan menyingkirkanku.”
Kemudian ia merancang sebuah tipu muslihat dengan cara bermanis-manis terlebih dahulu terhadap si orang Badui. Ia berhasil membujuk si orang Badui itu dan mengajaknya mampir ke rumahnya. Di sana, ia memasakkan makanan untuknya dengan memasukkan bawang merah sebanyak-banyaknya. Ketika si orang Badui selesai makan, ia berkata, “Hati-hati, jangan mendekat ke Amirul Mukminin sebab bila mencium bau bawang merah itu darimu, pasti ia sangat terusik. Ia sangat membenci aromanya.”
Setelah si pendengki ini menghadap Amirul Mukminin lalu berduaan saja dengannya. Ia berkata kepada Amirul Mukminin, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya si orang Badui itu memperbincangkanmu kepada orang-orang bahwa tuan berbau mulut dan ia merasa hampir mati karena aroma mulut tuan.”
Tatkala Badui menemui Amirul Mukminin pada suatu hari, ia menutupi mulutnya dengan lengan bajunya karena khawatir aroma bawang merah yang ia makan tercium oleh beliau. Namun tatkala sang Amirul Mukminin melihatnya menutupi mulutnya dengan lengan bajunya, berkatalah ia di dalam hati, “Sungguh, apa yang dikatakan sang menteri mengenai si orang Badui ini memang benar.”
Maka, Amirul Mukminin menulis sebuah surat berisi pesan, Kemudian, Amirul Mukminin memanggil si orang Badui untuk menghadap dan menyerahkan kepadanya sebuah surat seraya berkata, “Bawalah surat ini kepada si fulan (salah seorang pegawai khalifah) , setelah itu berikan aku jawabannya.”
Si Badui mengambil surat itu dan berlalu dari sisi Amirul Mukminin. Ketika berada di pintu gerbang, sang menteri yang selalu mendengki itu menemuinya seraya berkata, “Hendak kemana engkau.?”
“Aku akan membawa pesan Amirul Mukminin ini kepada pegawainya, si fulan,” jawab si orang Badui.
Di dalam hati, si menteri ini berkata, “Pasti dari tugas yang diemban si orang Badui ini, ia akan memperoleh harta yang banyak.” Maka, berkatalan ia kepadanya, “Wahai Badui, bagaimana pendapatmu bila ada orang yang mau meringankanmu dari tugas yang tentu akan melelahkanmu sepanjang perjalanan nanti bahkan ia malah memberimu upah 2000 dinar.?”
“Kamu seorang pembesar dan juga sang pemutus perkara. Apa pun pendapatmu, lakukanlah!” kata si orang Badui
“Berikan surat itu kepadaku!” kata sang menteri
Si orang Badui pun menyerahkannya kepadanya, lalu sang menteri memberinya upah sebesar 2000 dinar. Surat itu ia bawa ke tempat yang dituju.
Sesampainya di sana, pegawai yang ditunjuk Amirul Mukminin pun membacanya, lalu setelah memahami isinya, yang ternyata isi pesan surat berbunyi: “Bila pesan ini sampai kepadamu, maka penggallah leher si pembawanya.!” maka ia memenggal leher sang menteri.
Setelah beberapa hari berlalu , khalifah tidak menemukan menterinya bahkan si Badui masih ada di kota, beliau memerintahkan agar si orang Badui itu dibawa menghadap lalu menceritan segala ikhwalnya dengan sangmenteri kemudian Ia berkata, “Wahai Amirul Mukminin, Allah telah membunuh dengki, alangkah adilnya Dia! Ia (dengki) memulainya dengan si pemilik (tuan)-nya lalu membunuhnya.”
Setelah peristiwa itu, si orang Badui dibebastugaskan dari tugas terdahulu dan diangkat menjadi menteri mengganti kedudukan sang menteri yang menemui ajal karena kedengkiannya.!!


KISAH 2

Sahabat Anas bin Malik ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Janganlah kamu saling mendengki, jangan­lah saling membenci dan janganlah saling jauh menjauhi. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Muslim) è kisah sahabat penghuni sorga yang diikuti oleh Amr Bin Ash ra. (dari anas bin malik)

KISAH 3
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Yahudi Khaibar dahulu memerangi kaum Ghathafan (bangsa Arab). Tiap kali bertempur bangsa Yahudi kalah. Kemudian kaum Yahudi minta pertolongan dengan doa ini: "Ya Allah, sesungguhnya kami minta kepada-Mu dengan hak Muhammad, Nabi yang ummi, yang Engkau telah janjikan kepada kami, akan Engkau utus Dia di akhir zaman. Tidakkah Engkau akan menolong kami untuk mengalahkan mereka?" Apabila bertempur, mereka tetap berdoa dengan doa ini, sehingga kalahlah kaum Ghathafan. Tetapi ketika Rasulullah diutus, mereka kufur terhadap Nabi SAW (karena dengki kepada Nabi Muhammad SAW). Maka Allah turunkan ayat ini (S. 2: 89) sebagai laknat kepada orang-orang yang memohon pertolongan Allah, yang setelah dikabulkan mengingkarinya.
(Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak dan al-Baihaqi dalam kitab ad-Dala'il dengan sanad yang lemah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Yahudi minta pertolongan untuk mengalahkan kaum Aus dan kaum Khazraj dengan memakai nama Rasulullah SAW sebelum beliau diutus menjadi Rasul. Akan tetapi setelah Allah mengutus Rasul dari bangsa Arab, mereka kufur kepadanya. Dan mereka ingkari apa yang mereka katakan tentang Nabi SAW. Maka berkatalah Muadz bin Jabal, Bisyrubnul Barra dan Dawud bin Salamah kepada mereka: "Wahai kaum Yahudi! Takutlah kamu kepada Allah dan masuk Islamlah kamu, karena kamu telah minta pertolongan kepada Allah memakai nama Muhammad untuk mengalahkan kami, di saat kami termasuk kaum Musyrikin. Kamu memberi kabar kepada kami bahwa sesungguhnya ia (Muhammad) akan diutus dan kamu mengemukakan sifat-sifat Muhammad dengan sifat-sifat yang ada padanya itu." Maka berkatalah Salam bin Masykam salah seorang dari bani Nadlir: "Dia tidak memenuhi sifat-sifat yang kami kenal, dan dia bukan yang kami terangkan kepadamu." Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 89) berkenaan dengan peristiwa di atas.(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa'id atau 'Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Hal ini diabadikan oleh ALLAH SWT dalam Alqur’an surat Albaqarah 89-90)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Hay bin Akhtab dan Abu Jasir bin Akhtab termasuk kaum Yahudi yang paling hasud terhadap orang Arab, dengan alasan Allah telah mengistimewakan orang Arab dengan mengutus Rasul dari kalangan mereka. Kedua orang bersaudara itu bersungguh-sungguh mencegah orang lain masuk Islam. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 109) sehubungan dengan perbuatan kedua orang itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa'id atau 'Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)



No comments:

Post a Comment