Wednesday, September 28, 2011

Mari Berbagi Kebahagiaan dengan Saudara kita.

Bismillah, Alhamdulillah, la haula walaa quwwata illa billah,
Allahumma sholli 'alaa wa aalihi sayyidinaa Muhammad SAW, wa ba'dah.


Adalah suatu keniscayaan bagi kita seorang muslim menjadi bagian dari muslim yang lain. karena Allah telah mentakdirkan, yang sudah seharusnya takdir itu kita ridhoi dan ta'ati, bahwa antara muslim yang satu dengan yang lain adalah saudara. Allah SWT berfirman: "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat" QS Al Hujurat:10. 
Yang namanya saudara, tentu ada ikatan persaudaraan antara keduanya. Ikatan persaudaraan itu akan menjadi kuat manakala disupport oleh ikatan hati. Dan ikatan hati yang paling kuat adalah ikatan hati yang timbul karena keimanan.
QS 58-Mujadilah:22 "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung."
Oleh karena itu, pantas juga lah jika Rasulullah SAW juga menekankan dengan logika berpikir yang dibalik bahwa, "tidak sempurna iman seseorang bilamana tidak mencintai saudaranya sebagaimana mencintai diri sendiri". Kalau Alqur'an menyatakan tidak akan mungkin orang beriman itu bersaudara (berkasihsayang) dengan orang fasik/kafir, sementara Rasulullah menyatakan tidak sempurna iman seseorang bila tidak berkasih-sayang/bersaudara dengan orang yang seiman. 



Nah, bagaimana menjalin persaudaraan itu? 
Dimulai dengan ta'arruf, tafahum, ta'awun dan takafful.
Dalam konteks peran, dalam ke-syumuliatul islam, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal kemampuan/kompetensi. maka sudah menjadi tanggung jawab kita menegakkan islam secara jam'ai dan berbagi peran. Mengingat dalam konteks peran kita sejatinya memiliki peran yang sama, selain sebagai seorang hamba juga sebagai khalifah. namun potensi dan kompetensi dari masing-masing kita berbeda, sehingga peran bersama tersebut perlu dibagi-bagi sesuai dengan komptetensinya.
namun yang menjadi kendala adalah, bagaimana menyatukan, mensinergikan gerak langkah untuk membangun kebersamaan agar dinul islam ini benar-benar tegak dibumi Allah.
maka cara yang dapat ditempuh adalah membangun persaudaraan, dimulai dari tahap yang paling sederhana, ta'arruf...lalu tafahum...ta'awun dan takafful. Sholat berjamaah, makan bersama, rihlah bersama, adalah menjadi bagian penting dalam proses membangun persaudaraan tersebut.


Bahkan terhadap orang lain selain muslim pun kita harus santun dan menunjukkah akhlak terpuji. Kita ingat kisah rasulullah dan buah limau seorang wanita non muslim:


Wanita itu membawa beberapa biji buah limau sebagai hadiah untuk Rasulullah. Cantik sungguh buahnya. Siapa yg melihatnya terlihat pasti tegiur ingin memakannya. Rasulullah menerimanya dengan senyuman gembira.Hadiah itu dimakan oleh Rasulullah Rasulullah SAW sebuah demi sebuah dengan senyuman. Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah SAW ketika memakan sesuatu selalu berbagi dg para sahabatnya. namun kali ini tidak. Tidak sebuah pun limau itu diberikan kepada mereka. Rasulullah SAW terus makan. Setiap kali mengunyah dengan senyuman, hinggalah habis semua limau itu. Kemudian wanita itu mohon diri untuk pulang, diiringi ucapan terima kasih dari Rasulullah. Sahabat-sahabat agak heran dengan sikap Rasulullah SAW itu. Lalu mereka bertanya atas apa yg dilakukan Rasulullah. Dengan senyuman Rasulullah menjelaskan 'Tahukah kamu, sebenarnya buah limau itu terlalu masam ketika saya merasakannya pertama kali. Sekiranya kalian turut makan bersama, saya khawatir ada di antara kalian yang akan akan mengenyitkandahhi & mata nya atau memarahi wanita tersebut. Saya khawatir hatinya akan tersinggung. Sebab itu saya habiskan semuanya'. Subhaanallah..!

No comments:

Post a Comment