Friday, May 20, 2011

Wahai sang suami, lebihkan Ibumu atas Istrimu...!

Hiduplah seorang pemuda bernama Alqamah, ia dikenal sebagai sosok pemuda yang baik budi pekertinya, taat dan rajin beribadah, rajin berpuasa dan tidak lupa selalu bersedekah. Alqamah sangat sayang terhadap ibunya yang telah membesarkan dirinya, mengasuhnya dari kecil hingga dewasa. HIngga suatu hari Alqamah meminta ijin kepada ibunya untuk pergi merantau.

Dengan berat hati sang ibu mengijinkannya untuk pergi merantau, walaupun berat sang ibu selalu berpesan kepada Alqamah untuk selalu ingat kepada Allah tidak meninggalkan segala kewajibannya sebagai seorang muslim. Alqamah juga berjanji tidak akan melupakan ibunya.

Alqamah akhirnya pergi meninggalkan ibunya seorang diri menuju tempat perantauan. Selama bertahun-tahun di tempat perantauan, Alqamah mendapat sukses besar yang pada akhirnya mendapatkan kedudukan yang layak di mata masyarakat. Dirinya dianugerahi kekayaan dan pangkat yang terpandang.

Alqamah akhirnya menemukan pujaan hatinya dan mempersuntingnya menjadi istrinya. Keluarga istrinya merupakan keluarga terpandang karena merupakan salah satu saudagar besar.

Pernikahannya bahagia, ia sangat menyayangi dan mengutamakan istrinya, jabatan dan harta kekayaan yang terkumpul tidak membuat ia lupa kepada fakir miskin, anak yatim dan juga tidak lupa kepada Allah, tidak lupa zakat, infak dan sadaqah ia laksanakan, shalat wajib maupun sunah dikerjakan, puasa wajib dan sunah juga dijalankan. Namun sayang ia lupa degan janjinya yang paling penting, yaitu dengan ibunya.

Suatu hari Alqamah sakit keras, maka istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah SAW untuk meberitahukan kepada beliau tentang keadaan Alqamah. Maka Rasulullah SAW  mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar Rumi dan Bilal bin Robah radhiyallahu ‘anhum untuk melihat keadaannya.

Rasulullah SAW bersabda, “Pergilah ke rumah Alqomah dan talqinlah untuk menguncapkan Laa ilaha Illallah.” Para utusan pun berangkat ke rumah Alqamah, ternyata pada saat itu Alqomah sudah dalam keadaan sekarat, maka segeralah mereka mentalqinnya, namun ternyata lisan Alqomah tidak bisa mengucapkan Laa Ilaha Illallah.

Kemudian kejadian ini dilaporkan kepada Rasulullah SAW, dan  Rasulullah SAW pun bertanya,”Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua?” Ada yang menjawab,”Ada, wahai Rasulullah, dia masih mempunyai seorang ibu yang sudah tua renta.”

Maka Rasulullah SAW mengirim utusan untuk menemuinya, dan beliau berpesan kepada utusan tersebut,”Katakan kepada ibunya Alqamah, jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah, maka datanglah, namun jika tidak, maka biarlah Rasulullah yang datang menemuinya.”

Tatkala utusan itu sampai ke tempat ibunya Alqamah, dan menyampaikan pesan Rasulullah, maka ibu Alqamah berkata,”Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah SAW.” Dibantu dengan tongkat dan berjalan, ibu Alqamah mendatangi Rasulullah SAW. Sesampainya dirumah Rasulullah SAW. Ibu Alqamah mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya.

Kemudian Rasulullah SAW. bertanya,”Wahai ibu Alqamah, jawablah pertanyaanku dengan jujur. Sebab jika engkau berbohong, maka akan datang wahyu dari Allah azza wa jalla yang akan memberitahukan (hal itu) kepadaku.

Bagaimana sebenarnya keadaan putramu Alqamah?” Maka sang ibu menjawab, ”Wahai Rasulullah, dia rajin  mengerjakan shalat, banyak puasa, dan senang bersedekah.” Lalu Rasulullah SAW. bertanya,”Lalu bagaimana perasaanmu terhadapnya?” Dia menjawab,”Saya marah kepadanya wahai Rasulullah.” Rasulullah SAW. bertanya lagi, “Kenapa?” Dia menjawab,”Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya, dan dia pun durhaka kepadaku.”

Maka Rasulullah SAW. bersabda, ”Sesungguhnya kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Alqamah sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat.” Kemudian beliau bersabda, ”Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.”

Si Ibu bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau lakukan.” Beliau SAW. menjawab, ”Saya akan membakarnya di hadapanmu.” Dia menjawab, ”Wahai Rasulullah, saya tidak tahan apabila engkau membakar anakku di hadapanku.”

Maka Rasulullah SAW. menjawab, ”Wahai ibu Alqomah, sesungguhnya adzab Allah azza wa jalla lebih pedih dan lama. Kalau engkau ingin agar Allah SWT. mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqomah.

Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sholat, puasa, dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya. Lantas sang ibu ini berkata, ”Wahai Rasulullah, Allah azza wa jalla sebagai saksi, serta semua kaum muslimin yang hadir saat ini, bahwa saya telah ridho kepada anakku Alqamah.”

Rasulullah SAW. pun berkata kepada Bilal ra.,”Wahai Bilal, pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Alqamah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah belum. Barangkali ibu Alqomah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari hatinya, atau barangkali dia hanya malu kepadaku.” Bilal pun berangkat, dan ternyata dia mendengar Alqamah dari dalam rumah mengucapkan Laa Ilaha Illallah.

Maka Bilal masuk dan berkata, ”Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Alqomah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, dan ridhonya telah menjadikannya mampu mengucapkan.” Dan akhirnya Alqamah meninggal dunia saat itu juga.

Kemudian Rasulullah SAW. melihatnya dan memerintahkan agar dia dimandikan lalu dikafani, kemudian beliau SAW. menyholati dan menguburkannya, dan didekat kuburan itu beliau bersabda, ”Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshor, barangsiapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, maka dia akan mendapatkan laknat dari Allah azza wa jalla, para malaikat, dan seluruh manusia. Allah SWT. tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertaubat, dan berbuat baik kepada ibunya, serta meminta keridhoannya, karena ridho Allah SWT. tergantung pada ridhonya dan kemarahan Allah SWT. tergantung pada kemarahan ibu.”

No comments:

Post a Comment