Friday, May 20, 2011

Pemuda, ditanganmu berjuta harapan bangsa

Pemuda, ditanganmu berjuta harapan bangsa
Sigit Tri Wicaksono

 ,
Perumpamaan seorang pemuda adalah seperti pilar sebuah bangunan, jikalau kokoh pilarnya, maka kokoh pula bangunannya. Pemuda ibarat sekuntum bunga yang sedang mekar bila bunga itu harum, maka harum pula sekitarnya

Dua pepatah diatas barangkali bisa memberikan gambaran kepada kita berapa kira-kira usia seseorang yang disebut pemuda itu. Yah, memang bukan angka yang rigid, melainkan berupa rentang usia, seperti pilar sebuah bangunan yang memiliki masa guna yang optimum serta bunga yang memiliki masa-masa mekarnya, tidak tiba-tiba mekar dan kemudian tiba-tiba layu.
Demikian pulalah kita, ketika tubuh mampu berdiri tegak, mampu berlari cepat, mampu berpikir kritis, pikiran/memori sangat kuat, stamina maksimal, mampu melakukan banyak hal, bahkan ketika cinta juga bersemi dan berbunga-bunga. Disaat itulah kita disebut pemuda, bukan disaat tak berberdaya, pikun atau tak mampu berbuat-apa apa.
Seperti halnya pepatah diatas, betapa penting sebuah pilar dalam menopang dan menjaga tegaknya sebuah bangunan, betapa penting sekuntum bunga yang mekar dalam mengharumkan dan menambah indah serta cantiknya halaman rumah, bahkan juga sering kita lihat bunga-bunga yang sedang mekar itu dipasang sebagai hiasan untuk para pengantin yang sedang melaksanakan resepsi pernikahan. Begitu pulalah seharusnya fungsi pemuda: menopang, menguatkan, mengharumkan dan mengindahkan serta memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar. Keberadaan pemuda semacam itu, menjadi idaman, dirindukan dan dinanti-nantikan. Seperti istilah arab (keberadaannya sangat berarti dan ketiadaannya sangat mencemaskan). Tidak seperti halnya pemuda yang tiada membawa manfaat sama sekali, yang adanya sama dengan tidak adanya, atau malah bahkan keberadaannya hanya menjadi petaka dan biangkerok bagi lingkungannya, na’udzubillah.

Nah, bagaimana dengan kita???
Mari flashback kebelakang menilik sejarah yang pernah diukir oleh para pemuda ketika zaman Rasulullah SAW, bagaimana kesuksesan seorang pemuda duta pertama yang mengislamkan sekitar 70 lebih orang yastrib, beliau adalah Mus’ab bin umair. Yang semenjak masa kecil hingga sebelum beliau memeluk islam terkenal dengan kemewahannya, namun ketika Islam masuk kedalam kalbunya berubah menjadi pemuda yang bersahaja dan bahkan ketika syahid dalam perang uhud, beliau tidak punya kain kain kafan untuk membungkus jenazahnya selain dari kain yang dipakainya saay berperang itu dan beberapa helai daun bidara. Demikian juga kisah pemuda bernama Khalid Bin Walid, seorang panglima yang gagah perkasa yang mulai memimpin peperangan pada usia ke 36 dan mampu menaklukkan Romawi pada usia ke 42 tahun, demikian halnya kisah-kidah Zaid Bin Tsabit sebagai pemuda yang memiliki intelektual yang sangat tinggi dan masih banyak pula para sahabat nabi yang lain yang tidak kalah menarik kisah-kisahnya.
Kisah yang juga sangat menarik yang diangkat dari golonga pemuda dan bahkan diabadikan didalam Alqur’an adalah kisah pemuda Al-kahfi.
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". (Surah al-Kahfi 18: 13 – 14)
Ayat ini menjelaskan kepada kita tiga karakter penting seorang pemuda:
1.      Menjunjung tinggi keimanan kepada RABB (ALLAH)
Karakter pemuda yang menjunjung tinggi keimanan kepada Rabb (Allah), ketika gejolak nafsu dan keinginan-keinginan untuk duniawi sangat besar mampu menjadikan pemuda jauh lebih bernilai disisi Allah ketimbang golongan tua yang taat karena usia yang memang sudah udzur.
2.      Senantiasa mengikuti petunjuk ALLAH dan Teguh Pendiriannya.
Para pemuda yang sadar dengan posisi dan perannya sebagai tonggak peradaban, senantiasa mencari dan mengikuti petunjuk dan bimbingan ALLAH. Mereka selalu berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah dalam menyelesaikan segala persoalan dan problematika hidup. Mereka memiliki pendirian yang teguh (atsbatu maufiqon) , namun disisi lain juga memiliki hati yang lapang (arhabu shodron).
3.      Mampu bersikap “furqanan”
Para pemuda yang mampu membedakan mana yang haq (benar) dan mana yang batil (salah). Mereka mengerti betul, mana yang membawa keimanan dan Islam dan mana yang membawa kekufuran dan kesesatan. Setelah itu, mereka menolak segala hal yang membawa kepada kekufuran dan menerima keimanan dengan penerimaan yang total. Sikap furqan merupakan pancaran keimanan dan kefahaman terhadap TauhiduLLAH yang diajarkan Islam. Mereka meyakini bahawa ALLAH adalah satu-satunya sumber hidup yang harus ditaati dan sumber ilmu agar diri tidak merasa sombong serta dijadikan tujuan akhir. Beserta itu, mereka menolak hak ALLAH ini diberikan pada selain ALLAH.

Masih dalam konteks pemuda, masih membekas dibenak kita dan bahkan mungkin menggetarkan hati orang yang mengetahuinya kisah-kisah perjuangan pada pemuda  dalam menegakkan dan mempertahankan kalimat Allah pasca runtuhnya khilafah islamiyah terakhir, beliau adalah asy-syahid Sayyid Quthb. Dalam konteks ini, betapa seorang pemuda yang paripurna mampu mengemban tugas-tugas yang mulia, tidak saja mampu memenuhi tugas-tugas pribadi namun juga mampu menjalankan tugas dakwah, tugas ummat ini yang mampu mengantarkan sebuah bangsa menjadi bangsa yang sungguh beradab dan bermartabat.
Demikian jualah kita, yang saat ini berada di belahan bumi Formosa juga memiliki amanah dan tanggung jawab yang sama dalam mewacanakan, mengimplementasikan dan menegakkan Diinul Islam dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, ketika tuntuan mencari nafkah dan mencari ilmu menjadi alasan pertama untuk melangkahkan kaki di Taiwan ini, maka setidaknya alasan pertama itu menjadi sebuah sarana pembangkit alasan utama kita untuk hadir disini, yakni mengemban amanah dakwah nan agung. Maka, peran kita dalam memberikan kontribusi positif kepada pencitraan budaya Islam di masyarakat Taiwan menjadi perhatian utama yang harus kita letakkan pada posisi yang proporsional. Kalau toh kita tidak mampu untuk menjadi sebuah pilar utuh yang kokoh, kalaulah kita tidak mampu menjadi sekuntum bunga yang harum semerbak dan menawan, maka setidaknya kita mampu berperan maksimal menjadi sebatang besi bertulang atau bahkan menjadi sebutir kerikil, semen atau pasir yang dapat bergabung menjadi bagian utuh dan menguatkan pilar untuk menopang bangunan dakwah. Atau mungkin kita bisa berperan maksimal menjadi tangkai, kelopak atau benangsari yang mampu berpadu mempercantik sekuntum bunga. Tidak perduli sekecil apapun peran kita, mungkin orang lain menganggap peran tersebut tidak ada artinya, namun ketika kita sendiri telah berbuat semaksimal mungkin untuk menjadi bagian dari usaha dakwah tersebut, maka insyaAllah bagian yang kecil itu akan bernilai sangat besar disisi Allah SWT.
Seperti halnya peran kita, khususnya mahasiswa, di FORMMIT atau organisasi yang lain. Jangan putus asa untuk berbuat yang terbaik meski perbuatan itu nampak kecil dimata orang, tapi juga jangan menjadi takabbur jika kita telah nampak berbuat hal besar. Tugas kita hanyalah berperan, dan menyumbangkan yang terbaik dengan segenap pengorbanan demi tegaknya dakwah di bumi Formosa ini.
Ya...., Pemuda, ditanganmu berjuta harapan bangsa.
Cukuplah Allah SWT menjadi penilai dan pelindung bagi kita semua.
Wallahu a’lamu bish-showab. 

No comments:

Post a Comment