Wednesday, April 13, 2011

Menjadi Hamba Allah Yang Baik - Pengantar


Bismillahirrohmaanirrohiim.

Assalamu’alaikum wr wb.
Alhamdulillahi robbul ‘arsyil ‘adhim, alladzi anzala sakiinatan fii quluubil mu’miniin, waja’al sayyidana Muhammadan uswatunaa wa rahmatan lil ‘aalamiin, Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu warosuuluh shodiqul ambiyaai wa minal mursaliin.
Allahumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin ……
‘amma ba’du.

Sebelum saya memulai tausiyah ini, saya perkenalkan diri saya terlebih dulu. Karena, kalau kata pepatah, ”tak kenal maka tak sayang”, maka kata Rasulullah SAW yang jauh lebih bermakna, ” tidak sempurna iman seseorang itu manakala ia tidak mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri”, bahkan didalam AlQur’an Allah menyampaikan “sesungguhnya setiap muslim itu adalah bersaudara”, maka dari itu alangkah baiknya kalau saudara saling mengenal.

Saudaraku yang dirahmati Allah, semenjak kita bangun tidur dan pergi untuk tidur kembali, kita merasa bahwa siklus itu berjalan begitu saja. Ketika kita bangun tidur kita langsung beraktifitas merencanakan segala kegiatan yang akan kita lakukan, kita merencanakan kegiatan satu jam kedepan, satu hari kedepan, satu minggu kedepan, dan bahkan sampai sepuluh tahun kedepan kita sudah merencanakan hari itu juga. Ya, tidak salah bila kita lakukan hal tersebut, terutama bila perencanaan tersebut berada dalam konteks yang positif, memang kita diharuskan untuk menrencanakan dan berhati-hati dalam melangkah demi masa depan kita, sebagaimana didalam alqur’an QS 59:18.
Namun, bila perencanaan itu ada dalam konteks yang tidak benar hanya urusan duniawi semata, misalnya nanti satu tahun lagi saya harus punya mobil, saya harus naik jabatan, saya harus ini dan itu. Maka ketika rencana dan harapan itu tidak terwujud maka akan dengan mudah kita putus asa dan stress karenanya, nah perencanaan yang semacam ini yang tidak sesuai dengan konteks ayat tadi. Padahal, Ayat tersebut menurut para mufassirin, ”hari esok” yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah ”hari akhir kelak”, sehingga makna dari ayat tersebut memberikan arahan agar kita senantiasa mengingat masa depan kita, mempersiapkan bekal apa yang akan kita bawa kelak ketika kita kembali menghadap Allah ta’ala.
Nah, kembali pada kesibukan kita sehari-hari yang sering kali kita jarang memikirkan dan meresapi makna hidup ini secara mendalam. Seolah-olah hidup kita ini menggelinding begitu saja. Padahal, kalau kita mencermati siklus hidup kita ini, rasanya tidak ada waktu lagi bagi kita untuk bersenang-senang, bergurau, apalagi cuma sekedar mencari kesenangan nafsu belaka. Mengapa???? Baik, mari kita perhatikan, semenjak kita bangun tidur sampai tidur kembali, berapa banyak oksigen (udara) yang kita hirup secara GRATIS ? Perhatikan aliran darah kita, sistem saraf kita, pendengaran kita, lidah kita, mata kita, berapa banyak nikmat Allah yang terus mengalir diberikan kepada kita? Berapa ratus juta yang harus kita keluarkan untuk mengganti dan membayar semua nikmat itu setiap harinya? Siapa yang memberi? Bayangkan andai kita harus mengganti dengan melakukan pekerjaan, maka kita tidak akan pernah bisa berhenti bekerja untuk istirahat demi membayar nikmat-nikmat itu. Pantas kalau dalam surat Arrahman Allah mengulang-ulang sebanyak 33 kali ayat : ”Maka nikmat tuhanmu yang manakah lagi yang engkau dustakan”.

Maka dari itu saudaraku, pada kesempatan kali ini, mari kita bermuhasabah, apa yang seharusnya kita lakukan dalam hidup ini, karenanya tema kita kali ini adalah MENJADI HAMBA ALLAH YANG BAIK, semoga bisa memberikan motivasi baru bagi kita semua agar kita lebih bersemangat dalam bersyukur dan beribadah kepada Allah swt. Saudaraku yang diRahmati Allah, setiap hari kita makan 3 kali setidaknya 2 kalilah begitu ya, dengan kualitas makanan yang minimal menyebabkan kita kenyang dan bisa beraktifitas. Meskipun secara gizi kan seharusnya memenuhi 4 sehat 5 sempurna agar stamina terjaga dan tubuh kita tetap sehat. Maksud saya begini, kalau tubuh saja memiliki hak untuk dipenuhi gizi/nutrisinya agar tubuh kita tetap fit. Maka ada hal yang jauh lebih penting untuk diberi gizi/nutrisi, APA ITU?  JIWA DAN RUH kita.
Agar jiwa dan ruh kita tidak lengah, tidak lalai tetap dalam jalan yang diRidhoi Allah, maka kita harus memberi nutrisi/gizi yang cukup. Apa gizinya? Syahadat, Sholat lima waktu, puasa ramadhan, zakat, haji bila mampu itu adalah gizi utamanya (karbohidratnya). Sedangkan sayurnya, lauknya, buahnya, dan susunya adalah Amalan-amalan sunnah yang lain seperti puasa sunnah, sholat-sholat sunnah, shodaqoh, berbuat baik kepada sesama, dll, termasuk mendengarkan tausiyah ini adalah bagian dari nutrisi Jiwa atau Ruh, dan yang lebih penting adalah mengamalkan apa yang ditausiyahkan itu.
Saudaraku yang dirahmati Allah, untuk menjadi Hamba Allah yang baik secara sederhana begini. Kita tahu bahwa kita diciptakan Allah didunia ini sebenarnya tugas utamanya adalah ’Ibadah/mengabdi dengan setulus-tulusnya dan semurni-murninya pengabdian hanya kepada Allah semata, perhatikan QS 51:56
Nah, bagaimana caranya kita mengabdi kepada Allah???
Saudaraku hamba dan kekasih Allah... Amiin. Bayangkan andaikata kita ditaruh disebuah pulau yang kita tidak tahu sama sekali seluk beluk pulau itu, maka apakah kita tahu kemana kita pergi bila tidak ada petunjuk? Jawabnya pasti kita bingung dan tidak tahu kemana dan apa yang akan kita perbuat.
Tapi, Allah SWT Maha Rahman dan Rahim, Allah memberi petunjuk kepada kita berupa Alqur’an, dengan Alqur’an itu kita bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, bagaimana kita seharusnya bermasyarakat, mengatur negara, dll. Tidak cukup itu, Allah juga memodelkan Alqur’an itu dengan sosok figur manusia, yang sangat mungkin untuk kita contoh perilakunya, yang memang diciptakan untuk menjadi suri tauladan bagi kita semua, Beliau adalah Rasulullah muhammad SAW, sang Qur’an berjalan. Sebagaimana yang sayyidah A’isyah r.a katakan ”kaana Rasuulullahi khuluquhul qur’aan”. Yang mana perilaku, ucapan dan diamnya Rasulullah adalah menjadi pedoman teknis hidup kita yang tertuang sebagai HADIST. Dan bahkan manakala kita melakukan teknis peribadatan, bilamana tidak sesuai dengan yang beliau contohkan maka akan tertolak sebagaimana HSR Muslim 1718 (bisa kita lihat dalam kitab Arba’in Nawawi hadist ke 5) ”Barang siapa melakukan amal yang tidak ada contohnya dari ku (Rasul) maka akan tertolak”.
Nah, Secara sederhana, kita telah mengetahui konsep hidup (ini masih konsep, insyaAllah akan kita bicarakan pada kesempatan yang akan datang secara detail), bahwa agar kita menjadi Hamba Allah yang baik adalah dengan cara meniru perilaku rasulullah SAW. insyaAllah kita akan selamat dunia wal akhirat. Sebagai penutup tausiyah kali ini, mari kita selalu mengingat-ingat pesan rasulullah ketika Haji wada’ setelah proses fathul makkah hadits dari Jabir bin Abdillah yang sangat panjang yang intinya bahwa Rasulullah mewasiatkan dua perkara yang bila kita teguh memegangnya niscaya kita tidak akan tersesat selama-lamanya, yakni Alqur’an dan Assunnah.

Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah untuk istiqomah dijalanNya dan mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah Muhammad SAW.
Wal ’afwu minkum, subhanakallahumma wabihamdika asyhadualla ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

No comments:

Post a Comment